Senin, 22 November 2010 | 12:37 WIB
KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO
Warga menyaksikan banjir lahar dingin yang melewati Kali Kuning, Pakem, Sleman, DI Yogyakarta, Kamis (4/11/2010). Banjir lahar dingin tersebut mengakibatkan jembatan dam yang menghubungkan Pakem-Cangkringan jebol.MAGELANG, KOMPAS.com - Banjir lahar dingin melalui Kali Batang menutup sedikitnya 10 hektar areal pertanian warga Desa Mantingan, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. "Sedikitnya 10 hektar lahan pertanian tertutup material Gunung Merapi," kata Sekretaris Desa Mantingan Daman Huri, di Magelang, Senin (22/11/2010).
Banjir lahar dingin dari Gunung Merapi yang melewati sungai itu pada Minggu (21/11/2010) sejak sekitar pukul 18.30 WIB hingga Senin (22/11/2010) sekitar pukul 01.00 WIB. Ia mengatakan, lahan pertanian warga setempat saat ini sedang ditanami antara lain beberapa jenis sayuran dan palawija.
Material terutama pasir yang meluap akibat terbawa arus deras air sungai itu, katanya, hingga saat ini menutup areal hingga berjarak sekitar 300 meter dari pemukiman warga di beberapa dusun setempat.
Ia mengatakan, Jembatan Keron yang menghubungkan Dusun Keron, Desa Mantingan dengan Dusun Kadipolo, Desa Salam, rusak cukup berat. Arus air setinggi satu meter pada sekitar pukul 10.30 WIB terlihat melewati jalan di atas jembatan dengan panjang sekitar 10 meter dan lebar sekitar tiga meter itu.
Tidak terlihat warga dari dua seberang sungai berani melewati jembatan itu karena arus air tampak deras melewati atas jembatan tersebut. Pada situasi arus air sungai normal, ketinggian air hingga sekitar tiga meter dari gelagar jembatan.
Puluhan warga di lokasi sekitar 300 meter dari jembatan itu terlihat kerja bakti menyingkirkan batu dan pepohonan di sungai itu agar air tidak meluap lagi ke bantaran. Sekitar pukul 10.49 WIB mereka terlihat bergegas meninggalkan sungai karena di antara mereka telah melihat arus air semakin deras yang diperkirakan terjadi banjir susulan. Hingga sekitar pukul 11.15 WIB tidak terlihat banjir susulan tersebut tetapi mereka telah menyingkir dari tengah sungai tersebut.
Ia mengatakan, hujan turun di kawasan itu pada Minggu (21/11) sejak sekitar pukul 16.00 hingga 19.00 WIB. "Tidak ada korban akibat banjir tersebut, tetapi lima bendungan di sepanjang aliran sungai di desa setempat yakni Bendungan Keron, Mantingan, Ngingas, Duwet, dan Tembenan rusak terkena dampak banjir tersebut," katanya.
Saat ini, katanya, kawasan pemukiman setempat lebih rendah ketimbang endapan material Merapi yang terbawa banjir melewati sungai setempat. Pemerintah desa setempat telah melaporkan peristiwa tersebut kepada pemerintah kabupaten setempat untuk penanganan lebih lanjut.
Pihaknya juga telah menyiapkan rencana evakuasi warga jika terjadi banjir susulan. Anggota organisasi pemuda setempat untuk pemantauan bantaran Kali Batang di Desa Mantingan, "Pemuda Prigel", Asngari, mengatakan, banjir lahar dingin pada Minggu (21/11/2010) malam di sungai itu sebagai peristiwa kelima selama letusan Merapi 2010.
"Ini yang kelima, dan banjir tadi malam (21/11) yang paling deras dengan membawa material Merapi, suaranya bergemuruh," katanya. Ia mengatakan, cukup banyak warga menyaksikan banjir lahar dingin tersebut sambil mewaspadai kemungkinan luapan material hingga perkampungan setempat.
Luapan air pada titik tertinggi banjir, katanya, hingga sekitar dua meter di atas jembatan. Sungai Batang sebagai sambungan atas Sungai Putih dan Madu. Tanggul sungai Putih telah jebol akibat banjir beberapa hari lalu, sebelum Minggu (21/11/2010), sehingga lahar dingin mengalir melewati Sungai Madu dan Batang.
Pada 1969, katanya, warga setempat pernah mengalami banjir lahar dingin cukup besar yang melewati alur sungai itu. Camat Ngluwar, Bambang Prasetyo Hariyadi, mengatakan, alur sungai itu juga melewati sejumlah desa di wilayah setempat seperti Sumokaton, Bligo, Pakunden, dan Ngluwar.
"Bahkan ada sejumlah rumah warga yang letaknya sekitar lima meter dari bibir sungai, sehingga warga kami juga mewaspadai kemungkinan banjir lahar dingin susulan," katanya. Ia mengatakan, areal pertanian warga setempat yang dekat dengan alur sungai itu juga terancam terkena banjir susulan.
Banjir lahar dingin dari Gunung Merapi yang melewati sungai itu pada Minggu (21/11/2010) sejak sekitar pukul 18.30 WIB hingga Senin (22/11/2010) sekitar pukul 01.00 WIB. Ia mengatakan, lahan pertanian warga setempat saat ini sedang ditanami antara lain beberapa jenis sayuran dan palawija.
Material terutama pasir yang meluap akibat terbawa arus deras air sungai itu, katanya, hingga saat ini menutup areal hingga berjarak sekitar 300 meter dari pemukiman warga di beberapa dusun setempat.
Ia mengatakan, Jembatan Keron yang menghubungkan Dusun Keron, Desa Mantingan dengan Dusun Kadipolo, Desa Salam, rusak cukup berat. Arus air setinggi satu meter pada sekitar pukul 10.30 WIB terlihat melewati jalan di atas jembatan dengan panjang sekitar 10 meter dan lebar sekitar tiga meter itu.
Tidak terlihat warga dari dua seberang sungai berani melewati jembatan itu karena arus air tampak deras melewati atas jembatan tersebut. Pada situasi arus air sungai normal, ketinggian air hingga sekitar tiga meter dari gelagar jembatan.
Puluhan warga di lokasi sekitar 300 meter dari jembatan itu terlihat kerja bakti menyingkirkan batu dan pepohonan di sungai itu agar air tidak meluap lagi ke bantaran. Sekitar pukul 10.49 WIB mereka terlihat bergegas meninggalkan sungai karena di antara mereka telah melihat arus air semakin deras yang diperkirakan terjadi banjir susulan. Hingga sekitar pukul 11.15 WIB tidak terlihat banjir susulan tersebut tetapi mereka telah menyingkir dari tengah sungai tersebut.
Ia mengatakan, hujan turun di kawasan itu pada Minggu (21/11) sejak sekitar pukul 16.00 hingga 19.00 WIB. "Tidak ada korban akibat banjir tersebut, tetapi lima bendungan di sepanjang aliran sungai di desa setempat yakni Bendungan Keron, Mantingan, Ngingas, Duwet, dan Tembenan rusak terkena dampak banjir tersebut," katanya.
Saat ini, katanya, kawasan pemukiman setempat lebih rendah ketimbang endapan material Merapi yang terbawa banjir melewati sungai setempat. Pemerintah desa setempat telah melaporkan peristiwa tersebut kepada pemerintah kabupaten setempat untuk penanganan lebih lanjut.
Pihaknya juga telah menyiapkan rencana evakuasi warga jika terjadi banjir susulan. Anggota organisasi pemuda setempat untuk pemantauan bantaran Kali Batang di Desa Mantingan, "Pemuda Prigel", Asngari, mengatakan, banjir lahar dingin pada Minggu (21/11/2010) malam di sungai itu sebagai peristiwa kelima selama letusan Merapi 2010.
"Ini yang kelima, dan banjir tadi malam (21/11) yang paling deras dengan membawa material Merapi, suaranya bergemuruh," katanya. Ia mengatakan, cukup banyak warga menyaksikan banjir lahar dingin tersebut sambil mewaspadai kemungkinan luapan material hingga perkampungan setempat.
Luapan air pada titik tertinggi banjir, katanya, hingga sekitar dua meter di atas jembatan. Sungai Batang sebagai sambungan atas Sungai Putih dan Madu. Tanggul sungai Putih telah jebol akibat banjir beberapa hari lalu, sebelum Minggu (21/11/2010), sehingga lahar dingin mengalir melewati Sungai Madu dan Batang.
Pada 1969, katanya, warga setempat pernah mengalami banjir lahar dingin cukup besar yang melewati alur sungai itu. Camat Ngluwar, Bambang Prasetyo Hariyadi, mengatakan, alur sungai itu juga melewati sejumlah desa di wilayah setempat seperti Sumokaton, Bligo, Pakunden, dan Ngluwar.
"Bahkan ada sejumlah rumah warga yang letaknya sekitar lima meter dari bibir sungai, sehingga warga kami juga mewaspadai kemungkinan banjir lahar dingin susulan," katanya. Ia mengatakan, areal pertanian warga setempat yang dekat dengan alur sungai itu juga terancam terkena banjir susulan.
0 komentar:
Post a Comment