Mar 31, 2012

Republik Kuliner

Melalui statusnya, seorang teman mengabarkan sedang menikmati makan siang di sebuah resto. Tidak lupa dia menginformasikan jenis masakan yang akan segera disantap bersama kawan-kawannya. Status tersebut segera mendapat tanggapan dari teman-temannya. Isinya bermacam-macam, dari permintaan dibungkuskan, menilai resto tersebut, termasuk menyoal pelayan resto tersebut yang katanya aduhai, dan sebagainya.
Di dunia lain, beberapa stasiun televisi juga agresif menyiarkan acara berbasis kuliner. Artis yang dihadirkan sangat mempesona, cantik, ganteng, termasuk juga yang memamerkan bagian tubuh yang dianggap indah. Itu semua untuk mendongkrak rating acara kuliner yang berlangsung. Tidak juga media cetak juga aktif memaparkan lokasi-lokasi makan enak, mau pilih ikan, daging, sayuran, es cendol, termasuk resep-resep ampuhnya.
Kuliner, bukan sekedar makan atau minum, tapi identitas yang ingin ditegaskan oleh individu. Tidak heran, individu akan bangga mengabarkan bahwa dia sedang melahap masakan yang dianggap unik, wah atau identitas lain yang dianggap punya nilai lebih. Dulu kita mengenal istilah empat sehat lima sempurna, nampaknya itu tidak berlaku lagi. Jualan paling laris adalah sensasi resep atau lokasi, bukan sekedar makanan itu sehat atau lengkap.
Jangan heran pula kalau ada beberapa teman rela merogoh koceknya dalam-dalam untuk sekedar menikmati satu potong iga bakar, padahal kalau beli di tempat umum, harganya bisa 15 kali lipat lebih murah, toh itu dianggap wajar, karena harga bukan hanya ditentukan oleh biaya produksi, tapi juga oleh citarasa dan selera.
Kuliner, menjadi magnit kuat mendorong perubahan gaya hidup seseorang, karena sekarang kita hidup di negeri kuliner

Logika Harga Barang

Drama politik bbm setidaknya telah diketahui bersama, bahwa harga bbm yang diusulkan oleh pemerintah urung terjadi mulai april. Ini terjadi karena sidang paripurna DPR yang dramatis telah mementahkan keinginan pemerintah bersama Partai Demokrat. Sebenarnya, di dalam pemerintah, tidak hanya diisi oleh unsur PD saja, tetapi ada beberapa partai lain. Apa boleh buat, PD hanya didukung penuh oleh PKB dan PAN, adapun Golkar dan PKS nampaknya punya kalkulasi politik tersendiri. Jadilah, harga bbm digantung dengan mekanisme pasar.
Kok bisa, ya, sebab sesuai dengan UU Nomor 22 tahun 2011 tentang APBN 2012, harga bbm bersubsidi tidak bisa dinaikkan, kecuali ada peningkatan harga minyak dunia 15% selama 6 bulan berturut-turut dari asumsi APBN. Maksud gampangnya, pemerintah bisa menaikkan harga bbm sesuai keinginan mereka jika harga minyak dunia mengalami kenaikan 15% 6 bulan kedepan tanpa menunggu persetujuan DPR! Ah... lupakan saja.
Apa boleh buat. beberapa minggu sebelum rencana penakan bbm tersebut dipaipurnakan DPR, harga-harga kebutuha poko sudah terlanjur merangka naik. Nampaknya dari sekian komoditas, sembago merupakan produk paling sensitif dengan isyu-isyu sensitif yang beredar, terutama isyu-isyu kenaikan harga bbm.
Baru rencana saja sudah langsung naik tahap pertama, kalau benar-benar naik akan diikuti kenaikan harga barang tahap kedua.
Nah... kalau sudah terlanjur naik, tetapi bbm tidak jadi naik? bisa kita pastika harga-harga tersebut tidak mau turun. Nampaknya harga barang sudah ikut-ikutan dengan logika kekuasaan. Kalau sudah terlanjur naik, pasti tidak mau turun.
Apa boleh buat....

Pengantar Geografi Hewan

Pengertian
Secara definitf geografi hewan atau zoogeography berasal dari kata zoology dan geography. Zoology adalah cabang ilmu hayat (biologi) yang mempelajari kehidupan hewan atau binatang. Sedang geografi adalah ilmu yang mempelajari fenomena geosfera yaitu fenomena atmofer, hidrosfer, litosfer dan biosfer dengan sudut pandang kelingkungan, kewilayahan dalam konteks keruangan.
Dengan demikian geografi hewan atau zoogeography adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari dunia hewan dengan kondisi dan keadaan yang ada di permukaan bumi, termasuk penyebarannya serta aspek-aspek yang mempengaruhi penyebarannya seperti fenomena-fenomena geosfera seperti iklim, letak lintang, topografi tumbuh-tumbuhan serta keadaan geologis suatu wilayah (Darlington, 1966)
Selanjutnya Darlington menyebutkan bahwa komponen-komponen ataupun istilah-istilah yang berhubungan dengan geografi hewan adalah hal-hal sebagai berikut :
  1. Tempat asli, yaitu tempat aslinya dimana binatang itu berasal.
  2. Tantangan (rintangan) seperti faktor-faktor fisikal seperti iklim, pegunungan, sungai, samudera, topografi, maupun letak lintang dan kedudukan dibenua. Faktor ini terutama berpengaruh terhadap kehidupan, perkembangan serta persebaran hewan itu dipermukaan bumi.
  3. Dalam kehidupan hewan selalu terdapat persaingan (competition) dalam kehidupan dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupannya ataupun mempertahankan diri (struggle for life) dari jenis hewan yang lain maupun terhadap alam sekitarnya.
  4. Adanya keseimbangan antara jumlah populasi dengan wilayah hunian hewan tersebut maupun terhadap spesies hewan yang lain dalam suatu ekologi.
  5. Melalui suatu evolusi, memungkinkan terjadinya proses-proses mutasi maupun modifikasi karena pengaruh-pengaruh faktor geografis, adaptasi, selesi serta perubahan genetika yang menyebabkan munculnya perubahan-perubahan pada hewan tersebut.
  6. Dalam dunia hewan selalu terjadi pergerakan atau penyebaran yang disebabkan oleh faktor geografis maupun faktor individual dari hewan itu sendiri.
  7. Dalam kehidupan hewan selalu terjadi dominasi terhadap kehidupan hewan yang lain yang dapat menyebabkan terganggunya sistem ekosistem wilayah tersebut.
Proses-proses tersebut diatas terjadi, karena didalam suatu wilayah tertentu selalu terjadi interaksi dan antar aksi baik secara langsung maupun tidak langsung didalam populasi dunia hewan dan spesies dengan spesies lain.
Sebab itu dunia hewan tidak hanya tergantung terhadap hewan yang lain atau makhluk lain namun juga tergantung kepada makhluk yang tidak hidup atau lingkungan fisikalnya, sebagai tempat hidupnya sehingga mereka menciptakan suatu bentuk ekosistem tersendiri.
Klasifikasi atau penggolongan dunia hewan itu sudah setua dengan manusia, namun cara penggolongan dahulu hanya berdasar pada perbedaan-perbedaan yang nampak dari luar dengan tujuan agar mudah dikenal. Spesies (jenis) dianggap sebagai unit terkecil klasifikasi, artinya semua hewan yang berciri khas sama termasuk satu jenis.
Genus (marga) adalah jenis-jenis hewan yang dekat ciri-cirinya. Kemudian marga-marga yang bersamaan digolongkan sebagai familia (suku) dan suku-suku yang bersamaan digolongkan menjadi ordo (bangsa). Bangsa-bangsa yang bersamaan membentuk class (kelas) dan kelas-kelas yang bersamaan membentuk phylum (filum)
Para ahli geografi hewan mempelajari atau distribusi hewan tersebut dengan suatu metode pendekatan asumsi, bahwa kecuali untuk faktor-faktor tertentu, sebenarnya tiap spesies hewan itu harus ada dimana-mana. Namun oleh karena faktor-faktor tertentu, maka keberadaan hewan disuatu daerah tidak dimungkinkan yaitu faktor-faktor fisikal maupun faktor adaptabilitas.

Konsep Dasar
Akibat terjadinya saling interaksi dan antaraksi diantara organisme, maka terjadilah tingkatan-tingkatan organisasi kehidupan, yaitu mulai dari yang terendah hingga yang tertinggi yaitu individu, populasi, komunitas, ekosistem dan yang tertinggi adalah biosfera.
Tingkat Organisme Kehidupan
  1. Individu adalah sebutan untuk makhluk hidup tunggal misalnya ikan mas, kambing, gajah dan lain-lain. Suatu kriteria untuk memahami individu adalah a) Individu selalu menggambarkan sifat tunggal, b) Dalam diri yang tunggal proses hidupnya berlangsung sendiri-sendiri, c) Proses hidup yang satu dengan yang lainnya berbeda.
  2. Populas. Populasi adalah kelompok individu sejenis yang menghuni areal tertentu.
  3. Komunita. Komunitas adalah seluruh populasi yang saling berinteraksi yang menempati suatu habitat. Setiap jenis organisme yang mempunyai tugas atau fungsi hidup tertentu. Fungsi hidup suatu organisme didalam komunitas disebut nisia atau nise.
  4. Ekosistem. Ekosistem adalah kesatuan fungsional antara komponen biotik dan abiotik atau interaksi antara organisme dengan lingkungan abiotiknya.
  5. Biosfera. Biosfera adalah kesatuan ekosistem yang ada di alam semesta. Biosfera ini mencakup seluruh organisme dan lingkungan yang berinteraksi untuk memungkinkan berlangsungnya sistem pendayagunaan energi dan daur ulang materi. Sistem ini berjalan oleh adanya aliran energi dari matahari kedalam sistem biosfera dan selanjutnya kembali ke ruang angkasa.
Interaksi individu dalam Populasi
Didalam alam semesta terdapat jutaan jenis makhluk hidup dan miliaran jumlah individu. Dari sekian banyak satuan hidup tersebut, tidak ada satupun yang dapat hidup sendiri dan mandiri tanpa berinteraksi dengan organisme yang lain. Dengan demikian diantara komponen biotik dalam komunitas, senantiasa terjadi interaksi antar individu sejenis maupun diantara individu lain dalam populasi.
  1. Interaksi Antar Individu Dalam Populasi. Pada hewan interaksi antar individu dalam komunitas lebih mudah diamati daripada interaksi tumbuhan dalam komunitas. Sifat interaksi antar individu daripada hewan dalam komunitas ada dua macam :
  2. Interaksi Saling Menguntungkan. Bentuk ini misalnya pada proses pengembangbiakan. Pada hewan yang berkoloni biasanya terjadi interaksi yang serasi.
  3. Interaksi Kompetisi. Individu sejenis yang hidup dalam satu areal memiliki tugas komunitas sama, sering terjadi persaingan dalam memperebutkan pasangan, makanan, air, dan lain-lain. Biasanya kompetisi akan semakin tajam bila populasi individu semakin meningkat pada areal yang terbatas.
Interaksi Individu Dalam Komunitas
Interaksi Predasi
Predasi adalah interaksi antar individu atau populasi dimana populasi yang satu memangsa populasi yang lainnya. Pemangsanya disebut predator sedang yang dimangsa disebut mangsa. Misalnya Singa memangsa zebra dan lain-lain. Interaksi predasi antar populasi ini menyebabkan terjadinya fluktuasi populasi predator dan mangsa.
Interaksi Kompetisi
Kompetisi atau persaingan merupakan salah satu contoh bentuk interaksi yang paling banyak kita jumpai. Kompetisi terjadi apabila dua populasi menempati habitat dan nisia yang sama. Bila dalam kompetisi tersebut ada salah satu pesaing yang kalah akan berkurang atau mati atau menyingkir dari habitatnya.
Adanya interaksi antar individu / populasi di dalam suatu komunitas akan memberikan beberapa nilai yang amat berguna bagi pengembangan lingkungan hidup seperti.
  1. Keterbatasan daya dukung suatu areal akan mendorong bagi peternak meningkatkan produktivitas secara optimal.
  2. Terjadinya interaksi antar populasi akan memberikan dampak terwujudnya keseimbangan alam .
  3. Adanya populasi suatu spesies yang menjadi pemangsa, dapat menjadi pengendali populasi spesies yang dimangsa.
  4. Adanya interkasi memungkinkan terjadinya suksesi dan komunitas klimaks pada suatu ekosistem.
Pendekatan
Sebagaimana definisi Geografi Hewan, maka pendekatan yang dilakukan untuk mengkaji geografi hewan adalah dari kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan. Dengan demikian geografi hewan itu dipelajari tentang fenomena-fenomena dunia hewan berdasarkan adaptabilitas. Adaptabilitas itu sendiri dipengaruhi oleh fisikal geografi seperti iklim dengan unsur-unsurnya seperti temperatur, kelembaban, curah hujan demikian juga dengan fenomena topografi, maupun kedudukannya dibenua. Oleh sebab itu dunia hewan juga sangat erat kaitannya dengan fenomena persebaran dunia tumbuhan dipermukaan bumi. Jadi pendekatannya dapat disimpulkan sebagai pendekatan bioklimatologis dan ekosistem.
Hal ini demikian dapat untuk menjelaskan fenomena-fenomena dunia hewan atas dasar aspek keruangan seperti : batas-batas distribusi, zonasi, radial distribusi, maupun kawasan distribusi.
Tak dapat disangkal bahwa suatu kenyataan tentang adanya korelasi antara aspek keruangan dengan karakteristik iklim tertentu terhadap morfologi hewan. Didaerah dingin hewan-hewan berdarah dingin (seperti amphibi) umumnya lebih kecil dari hewan-hewan sejenis didaerah panas. Demikian halnya dengan hewan-hewan berdarah panas didaerah dengan iklim dingin umumnya mempunyai apendiks (kaki, telinga, ekor, dan sayap lebih kecil dibandingkan hewan-hewan serupa didaerah panas.
CH Merrian seorang ahli geografi hewan pernah mengusulkan klasifikasi bumi kita ini kedalam zona-zona kehidupan yang didasarkan pada asumsi bahwa temperatur dan kelembaban (bioklimatologis) adalah faktor utama yang menentukan luas regiobiologis.

Mar 30, 2012

Langkah dan Manfaat Outdoor Studi

Langkah Pembelajara Outdoor Study
Dalam Abdurrahman (1995:11-18), langkah-langkah dan peranan yang perlu dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran di luar kelas (Outdoor Study) terdiri dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi
Tahap Persiapan, meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
  1. Merumuskan tujuan pembelajaran
  2. Guru menyiapkan tempat dan media yang ada di luar lingkungan
  3. Guru mengajak siswa ke luar kelas
  4. Baik guru maupun siswa harus dalam keadaan nyaman, rileks dan tidak merasa terpaksa.
Tahap Pelaksanaan, meliputi langkah sebagai berikut:
  1. Guru menginstruksikan kepada siswa untuk berjalan dengan rapi dan tertib untuk belajar di luar kelas
  2. Guru berdiri berhadapan dengan siswa berjarak kira-kira 1 meter Melaksanakan percakapan antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa
  3. Guru menjelaskan materi
  4. Siswa memperhatikan penjelasan guru di luar kelas
  5. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
Tahap Evaluasi, meliputi langkah sebagai berikut:
  1. Tahap evaluasi merupakan kesempatan yang diberikan guru kepada siswa untuk memperlihatkan kemajuannya.
  2. Jika siswa tidak memberikan jawaban maka guru tidak mengatakan salah tetapi menyebutkan kata yang benar dan mengajak siswa untuk mengulangi kembali

Tujuan Pembelajaran di Luar Kelas (outdoor study)
Tujuan pembelajaran di luar kelas (outdoor study) yang secara umum ingin dicapai melalui aktivitas di luar ruang kelas atau di luar lingkungan sekolah (Irawan, A. Dalam Ginting; 2005). adalah:
  1. Membuat setiap individu memiliki kesempatan unik untuk mengembangkan kreativitas dan inisiatif personal
  2. Menyediakan latar (setting) yang berarti bagi pembentukan sikap
  3. Membantu mewujudkan potensi setiap individu agar jiwa, raga dan spiritnya dapat berkembang optimal
  4. Memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk merasakan secara langsung terhadap materi yang di sampaikan
  5. Memungkinkan siswa mengembangkan keterampilan dan ketertarikan terhadap kegiatan-kegiatan luar kelas
  6. Memberikan kontribusi untuk membantu mengembangkan hubungan guru-murid yang lebih baik melalui berbagai pengalaman di alam bebas
  7. Memberikan kesempatan untuk belajar dari pengalaman langsung
  8. Memanfaatkan sumber-sumber yang berasal dari lingkungan dan komunitas sekitar untuk pembelajaran

Kelemahan Pembelajaran di luar kelas (Outdoor study)
Kelemahan Pembelajaran di Luar Kelas. Dalam proses PBM di perlukan suasana yang menyenangkan sehingga aspirasi anak terbangun. Pemanfaatan ruangan kelas dan pemberdayaan lingkungan sekitar merupakan rumah kedua, oleh karena itu sangat perlu dikelola dengan baik (Irawan, A. Dalam Ginting; 2005). Adapun kelemahan pembelajaran di luar kelas antara lain:
  1. Siswa akan kurang konsentrasi.
  2. Pengelolaan siswa akan lebih sulit terkondisi.
  3. Waktu akan tersita (kurang tepat waktu).
  4. Penguatan konsep kadang terkontaminasi oleh siswa lain atau kelompok lain.
  5. Guru lebih intensif dalam membimbing
  6. Akan muncul minat yang semu.

Manfaat Pembelajaran di luar kelas
Manfaatnya pembelajaran di luar kelas antara lain:
  1. Pikiran lebih jernih
  2. Pembelajaran akan terasa menyenangkan
  3. Pembelajaran lebih variatif
  4. Belajar lebih rekreatif
  5. Belajar lebih riil
  6. Anak lebih mengenal pada dunia nyata dan luas
  7. Tertanam image bahwa dunia sebagai kelas
  8. Wahana belajar akan lebih luas
  9. Kerja otak lebih rilexs

Karakteristik dan Penanggulangan Bencana Wabah Penyakit

Pengertian
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dan pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.

Penyebab
Secara umum penyebab wabah dikelompokkan sebagai berikut:
  1. Toksin (kimia & biologi).
  2. Infeksi (virus, bakteri, protozoa dan cacing).

Mekanisme Perusakan
Wabah penyakit menular dapat menimbulkan dampak kepada masyarakat yang sangat luas meliputi:
  1. Jumlah pesakitan, bila wabah  tidak dikendalikan maka dapat menyerang masyarakat dalam Jumlah yang sangat besar, bahkan sangat dimungkinkan wabah akan menyerang lintas negara bahkan lintas benua.
  2. Jumlah kematian, apabila jumlah penderita tidak berhasil dikendalikan, maka jumlah kematian juga akan meningkat secara tajam, khususnya wabah penyakit menular yang masih relatif baru seperti Flu Burung dan SARS.
  3. Aspek ekonomi, dengan adanya wabah maka akan memberikan dampak pada merosotnya roda ekonomi, sebagai contoh apabila wabah flu burung benar terjadi maka triliunan aset usaha perunggasan akan lenyap. Begitu juga akibat merosotnya kunjungan wisata karena adanya travel warning dari beberapa negara maka akan melumpuhkan usaha biro perjalanan, hotel maupun restoran.
  4. Aspek politik, bila wabah terjadi maka akan menimbulkan keresahan masyarakat yang sangat hebat, dan kondisi ini sangat potensial untuk dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu guna menciptakan kondisi tidak stabil

Kajian Bahaya
  1. Pemetaan faktor risiko teriadinya wabah.
  2. Pemetaan populasi berisiko.
  3. Pemetaan potensi.
  4. Sistim Kewaspadaan Dini (SKD).
  5. Surveilans Epidemiologi.

Gejala dan Peringatan dini
  1. Wabah terjadi akan diawali dalam skala kecil baik jumlah kasus, kematian maupun daerah yang terserang.
  2. Bila kondisi awal ini tidak dapat segera diatasi maka akibat yang lebih luas akan segera terjadi, misalnya banyaknya penduduk yang terserang, jumlah kematian, lumpuhnya sistem pelayanan umum termasuk pelayanan bidang kesehatan.
  3. Akan timbul kepanikan masyarakat yang sangat luas dan ini dapat menimbulkan ancaman bagi stabilitas suatu negara.

Parameter
  1. Tingkat Kesakitan.
  2. Jumlah Penderita (jiwa).
  3. Jumlah Kecacatan (jiwa).
  4. Jumlah Kematian (jiwa).
  5. Kecepatan penularan (jiwa/bulan atau jiwa per tahun).

Komponen yang Terancam
Secara umum dampak dari wabah penyakit ini tidak mengancam sarana dan prasarana, tetapi hanya menyebabkan kerusakan/kerugian berupa korban manusia.

Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana
  1. Menyiapkan masyarakat secara luas termasuk aparat pemerintah khususnya di jajaran kesehatan dan lintas sektor terkait untuk memahami risiko bila wabah terjadi serta bagaimana cara-cara menghadapinya bila suatu wabah terjadi melalui kegiatan sosialisasi yang berkesinambungan.
  2. Menyiapkan produk hukum yang memadai untuk mendukung upaya pencegahan, respon cepat serta penanggulangan bila wabah terjadi.
  3. Menyiapkan infrastruktur untuk upaya penangulangan seperti sumberdava manusia yang profesional, sarana pelayanan kesehatan, sarana komunikasi, transportasi, logistik serta pembiayaan operasional.
  4. Upaya penguatan surveilans epidemiologi untuk identifikasi factor risiko dan menentukan strategi intervensi dan penanggulangan maupun respon dini di semua jajaran.
  5. Pengendalian faktor risiko.
  6. Deteksi secara dini.
  7. Merespon dengan cepat.

Karakteristik dan Penanggulangan Bencana Kegagalan Teknologi

Pengertian
Semua kejadian bencana yang diakibatkan olehi kesalahan desain, pengoperasian, kelalaian dan kesengajaan manusia dalam penggunaan teknologi dan atau industri.

Penyebab
  1. Kebakaran.
  2. Kegagalan/kesalahan desain keselamatan pabrik.
  3. Kesalahan prosedur pengoperasian pabrik.
  4. Kerusakan komponen.
  5. Kebocoran reaktor nuklir.
  6. Kecelakaan transportasi (darat, laut dan udara).
  7. Sabotase atau pembakaran akibat kerusuhan.
  8. Dampak ikutan dari bencana alam (gempa bumi, banjir, longsor, dsb).

Mekanisme Perusakan
Ledakan menyebabkan korban jiwa, luka-luka dan kerusakan bangunan dan infrastruktur. Kecelakaan transportasi membunuh dan melukai penumpang dan awak kendaraan, dan juga dapat menimbulkan pencemaran. Kebakaran pada industri dapat menimbulkan suhu yang sangat tinggi dan menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas. Zat-zat pencemar (polutan) yang terlepas di air dan udara akan dapat menyebar pada daerah yang sangat luas dan menimbulkan pencemaran pada udara, sumber air minum, tanaman pertanian, dan tempat persedian pangan, sehingga menyebabkan daerah tersebut tidak dapat dihuni, satwa akan binasa, dan sistem ekologi terganggu. Bencana kegagalan teknologi pada Skala yang besar akan dapat mengancam kestabilan ekologi secara global.

Kajian Bahaya
  1. Inventarisasi dan pemetaan lokasi bahan-bahan berbahaya serta karakteristiknya.
  2. Pemetaan rute transportasi bahan bahan berbahaya.
  3. Peta zonasi daerah rawan bahaya pencemaran jika terjadi kecelakaan industry.
  4. Pemetaan jalur transportasi yang rawan kecelakaan berdasarkan catatan kejadian pada masa lalu.

Gejala dan Peringatan dini
  1. Kejadian sangat cepat (dalam hitungan menit atau jam) dan secara tiba.
  2. Desain pabrik/industri harus dilengkapi dengan system monitoring dan sistem peringatan akan bahaya kebakaran, kerusakan komponen/peralatan dan terjadinya kondisi bahaya lainnya.
  3. Pelepasan bahan bahan pencemar yang berbahaya pada umumnya tidak terlalu cepat sehingga masih memungkinkan untuk memberikan peringatan dan evakuasi pekerja pabrik dan masyarakat disekitarnya.
  4. Ledakan pabrik dalam beberapa kasus dapat diantisipasi.

Parameter
  1. Jumlah zat pencemar yang ditumpahkan.
  2. Suhu (derajat celcius).
  3. Luas areal yang rusak akibat ledakan (m2 atau km2)
  4. Luas areal yang terkontaminasi (m2 atau km2)
  5. Intensitas/kadar pencemaran (diukur dalam satuan ppm atau parts per million, tingkat radiasi, dsb).

Komponen yang Terancam
  1. Pabrik atau kendaraan pabrik maupun ppegawai.
  2. Penumpang atau penduduk serta bangunan di sekitarnya.
  3. Cadangan pangan/tanaman pertanian, sumber air, flora dan fauna, di daerah sekitarnya (dapat mencapai ratusan kilometer dalam kasus seperti radioaktif serta polutan yang tersebar dari udara).

Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana
  1. Kurangi atau hilangkan bahaya yang di identifikasikan.
  2. Tingkatkan ketahanan terhadap kebakaran dengan menggunakan material bangunan ataupun peralatan pabrik yang tahan api.
  3. Bangun daerah penyangga    atau penghalang api serta penyebaran/pengurai asap.
  4. Tingkatkan fungsi sistem deteksi dan peringatan dini.
  5. Perencanaan kesiapsiagaan dalam peningkatan kemampuan pemadaman kebakaran dan penanggulangan asap, tanggap darurat dan evakuasi bagi pegawai serta penduduk di sekitar.
  6. Sosialisasikan rencana-rencana penyelamatan kepada pegawai dan penduduk sekitarnya dengan bekerja sama dengan instansi terkait.
  7. Tingkatkan kemampuan pertahanan sipil dan otoritas kedaruratan.
  8. Batasi dan kurangi kapasitas penampungan bahan-bahan kimia yang berbahava dan mudah terbakar.
  9. Tingkatkan standar kaselamatan di pabrik dan standar keselamatan desain peralatan.
  10. Antisipasi kemungkinan bahaya dalam desain pabrik.
  11. Antisipasi prosedur operasi penyelamatan jika terjadi kecelakaan teknologi.
  12. Pindahkan bahan/material yang berbahaya dan beracun.
  13. Buat aturan perundangan.
  14. Perencanaan kesiapsiagaan.
  15. Secara proaktif melakukan monitoring  tingkat pencemaran sehinga standar keselamatan tidak akan terlampaui.

Karakteristik dan Penanggulangan Bencana Gunung Meletus

Pengertian
Gunungapi adalah bentuk timbunan (kerucut dan lainnya) di permukaan bumi yang, dibangun oleh timbunan rempah letusan, atau tempat munculnya batuan lelehan (magma)/rempah lepas/gas yang berasal dari bagian dalam bumi.


Penyebab
Pancaran magma dari dalam bumi yang berasosiasi dengan arus konveksi panas
Proses tektonik dari pergerakan dan pembentukan lempeng/ kulit bumi
Akumulasi tekanan dan temperatur dari fluida magma menimbulkan pelepasan energi

Mekanisme Perusakan
Bahaya letusan gunungapi dibagi dua berdasarkan waktu kejadiannya, yaitu bahaya utama(primer) dan bahaya ikutan (sekunder). Kedua jenis bahaya tersebut masing-masing mempunyai risiko merusak dan mematikan.
Bahaya Utama (primer)
Bahaya utama (sering juga disebut bahaya langsung) letusan gunungapi adalah bahaya yang, langsung terjadi ketika proses peletusan sedang berlangsung. Jenis bahaya tersebut adalah awanpanas (piroclastic flow), lontaran batu (pijar), hujan abu lebat, leleran lava (lava flow), dan gas beracun.
Awan panas adalah campuran material letusan antara gas dan bebatuan (segala ukuran) terdorong ke bawah akibat densitasnya yang tinggi dan merupakan adonan yang jenuh menggulung secara turbulensi bagaikan gulungan awan yang menyusuri lereng, selain suhunya sangat tinggi, antara 300-7000C, kecepatan luncurnya-pun sangat tinggi, > 70 km per jam (tergantung kemiringan lereng).
Lontaran material (pijar) terjadi ketika letusan (magmatik) berlangsung. Jauhnya lontaran sangat bergantung dari besarnya energi letusan, bisa mencapai ratusan meter jauhnva, Selain suhunya tinggi (> 2000C), ukurannya-pun besar (garis tengah >10 cm) sehingga dapat membakar sekaligus melukai, bahkan mematikan makhluk hidup. Lazim juga disebut sebagai "bom vulkanik".

Hujan abu lebat terjadi ketika letusan gunungapi sedang, berlangsung. Material yang berukuran halus (abu & pasir halus) diterbangkan angin dan jatuh sebagai hujan abu, arahnya tergantung arah angin. Karena ukurannya halus maka berbahaya bagi pernafasan, mata, dapat mencemati air tanahe merusak tetumbuhan (terutama daun), Korosif pada atap seng karena mengandung unsure-unsur kimia yang bersifat asam serta pesawat terbang (terutama yang bermesin jet).


Lava adalah magma yang mencapai permukaan, sifatnya liquid (cairan kental) dan bersuhu tinggi antara 700-12000C. Karena cair, maka  lava umumnya mengalir mengikuti lereng/lembah dan membakar apa saja yang dilaluinya. Bila lava tersebut sudah dingin, maka berubah wujud menjadi batu (batuan beku) dan daerah yang dilaluinya menjadi lading batu.
Gas beracun yang muncul dari gunungapi tidak selalu didahului oleh letusan, tetapi dapat keluar dengan sendirinya melalui celah bebatuan yang ada, meskipun kerap kali diawali oleh letusan. Gas utama yang biasa muncul dari celah bebatuan gunungapi adalah CO2, H2S, HCI, SO2, dan CO. Yang paling kerap dan sering, menjadi penyebab kematian adalah CO2. Sifat gas jenis ini lebih berat dan udara sehingga cenderung menyelinap di dasar lembah atau cekungan terutama malam hari, cuaca kabut atau tidak berangin, karena dalam suasana tersebut konsentrasinya akan bertambah besar. G.Tangkuban perahu, G. Dieng, G. Ciremei, dan G. Papandayan terkenal memiliki karakteristik letusan gas dan sering, meminta korban karena kebenciaan gas yang dikandungnya dan dikenal memiliki "Lembah Maut".

Tsunami atau gelombang pasang akibat letusan gunungapi bisa terjadi, tetapi pada umumnya pada gunungapi pulau. Ketika terjadi letusan materialnya masuk ke dalam laut dan mendorong air laut ke arah pantai dan menimbulkan gelombang pasang. Makin besar volume material letusan makin besar gelombang yang terangkat ke darat, contoh kasus Letusan G. Krakatau 1883.

Bahaya Ikutan (Sekunder)
Bahaya ikutan letusan gunungapi adalah bahaya yang terjadi setetah proses peletusan berlangsung. Bila suatu gunungapi meletus akan terjadi penumpukan material dalam berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian atas. Pada saat musim hujan tiba sebagian material tersebut akan terbawa oleh air hujan dan tercipta adonan lumpur turun ke lembah sebagai banjir bebatuan, banjir tersebut disebut lahar.

Kajian Bahaya
Identifikasi gunungapi aktif (Data Gunungapi Indonesia, Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral)
Tingkat akfivitas gunungapi berdasarkan cacatan sejarah
Penelitian dengan metoda geologi, geofisika, dan geokimia dapat untuk mengetahui aktivitas/kegiatan gunungapi.

Gejala dan Peringatan dini
Status Kegiatan Gunungapi
  • Aktif-Normal (level 1), kegiatan gunungapi baik secara visual,  maupun dengan instrumentasi tidak ada gejala perubahan kegiatan
  • Waspada (level 2), berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumentasi mulai terdeteksi gejala perubahan kegiatan, misalnya jumlah gempa vulkanik, suhu kawah (solfatara/fumarola) meningkat dari nilai normal
  • Siaga (level 3), kenaikan kegiatan semakin nyata. Hasil pantauan visual dan seismik berlanjut didukung dengan data dari instrumentasi lainnya
  • Awas (level 4), semua data menunjukkan bahwa letusan utama segera menjelang. Letusan-letusan asap/abu sudah mulai terjadi.
Mekanisme Pelaporan
  • Aktif-Normal, setiap dua kali sehari dilaporkan kegiatan gunungapi dari Pos PGA ke Kantor DVMBG melalui radio SSB.
  • Laporan bulanan disampaikan oleh Pengamat gunungapi ke Kantor DVMBG ditembuskan kepada Pemprov dan Pemerintah kabupaten.Waspada, selain laporan harian dan laporan bulanan dibuat laporan mingguan disampaikan kepada Kepala Badan Geologi.
  • Siaga dan awas, tim Tanggap Darurat membuat laporan harian dan evaluasi mingguan disampaikan kepada Direktur DVMBG ditembuskan kepada Kepala Badan Geologi, Pemprov/Pemkab, Bakornas PB, dan Direktorat Keselamatan Penerbangan.

Parameter
  1. Besaran letusan
  2. Jenis letusan
  3. Arah aliran material
  4. Volume material letusar yang dimuntahkan (m3)
  5. Lama letusan berlangsung (detik, menit,jam, hari)
  6. Radius jatuhan material (km2) dan ketebalan endapannya (m)

Komponen yang Terancam
  1. Mahluk hidup dan harta benda yang ada sekitar pusat letusan atau kawasan rawan bdncana
  2. Semua bangunan dapat terbakar atau rubuh dilanda material letusan
  3. Atap rumah terutama yang terbuat dari seng mudah korosif akibat hujan abu (mengandung sulfur)
  4. Atap dan rumah yang terbuat dari kayu atau dari bahan yang mudah terbakar lainnya
  5. Sumber air minum (terutama yang terbuka) mudah tercemar oleh debu gunungapi
  6. Atap bangunan yang lemah tidak tahan terhadap endapan abu
  7. Tamanan rusak menimbulkan gagal panen, cadangan pangan terganggu
  8. Material letusan, terutama abu dapar mengakibatkan gangguan pernapasan (ISPA). dan sakit mata

Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana
Strategi Mitigasi
  • Perencanaan lokasi pemanfaatan lahan untuk aktivitas penting harus jauh atau diluar dari kawasan rawan bencana
  • Hindari tempat tempat yang memiliki kecenderungan untuk lava dan atau lahar
  • Perkenalkan struktur bangunan tahan api
  • Penerapan desain bangunan yang tahan terhadap tambahan beban akibat abu gunungapi
  • Membuat barak pengungsian yang permanen, terutama di sekitar gunungapi yang sering meletus, misalnya G. Merapi (DIY, Jateng), G. Semeru (Jatim.), G. Karangetang (Sulawesi Utara) dsb.
  • Membuat fasilitas jalan dari tempat pemukiman ke tempat pengungsian untuk memudahkan evakuasi
  • Menyediakan alat transportasi bagi penduduk bila ada perintah pengungsian
  • Kewaspadaan terhadap risiko letusan gunung api di daerahnya
  • Identifikasi daerah bahaya (dapat dilihat pada Data Dasar Gunungapi Indonesia atau Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi)
  • Tingkatkan kemampuan pemadaman api
  • Buat tempat penampungan yang kuat dan tahan api untuk kondisi kedaruratan.
  • Masyarakat yang bermukim di sekitar gunungapi harus mengetahui posisi tempat tinggalnya pada Peta Kawasan Rawan Bencana gunungapi (penyuluhan).
  • Masyarakat yang bermukim di sekitar gunungapi hendaknya faham cara menghindar dan tindakan yang harus dilakukan ketika terjadi letusan gunungapi (penyuluhan),
  • Paham arti dari peringatan dini yang diberikan oleh aparat/pengamat gunungapi (penyuluhan).
  • Bersedia melakukan koordinasi dengan aparat/pengamat gunungapi.

Upaya pengurangan bencana
Sebelum Krisis/Letusan
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk menghindari, atau meminimalkan korban (jiwa dan harta) akibat letusan gunungapi, antara lain:
  • Mengamati kegiatan gunungapi setiap saat. Mengamati kegiatan gunungapi setiap saat. Upaya ini dapat dilakukan dari tempat yang permenent, misalnya Pos Pengamatan Gunungapi.
  • menentukan status kegiatan gunungapi,
  • Melakukan penelitian ilmiah secara temporer dan berkala.
  • Melakukan pemetaan geologi untuk mengetahui sejarah kegiatan suatu gunungapi dimasa lalu.
  • Melakukan pemetaan kawasan rawan bencana. Upaya ini berguna untuk menentukan suatu wilayah atau aeral yang berbahaya atau aman untuk dihuni atau digarap sebagai lahan pertanian dan sebagainva.
  • Membuat cek/sabo dam untuk mengarahkan aliran lahar agar tidak melanda pemukiman, persawahan/kebun atau fasilitas lainnya.
  • Melakukan sosialisasi dan penyuluhan secara berkala kepada penduduk yang bermukim di sekitar gunungapi.
Saat Krisis/Letusan
  • Memberangkatkan Tim Tanggap Darurat ke lokasi bencana.
  • Meningkatkan pengamatan.
  • Menentukan status kegiatan gunungapi dan melaporkannya sesuai dengan protap.
  • Memberikan rekomendasi teknis kepada Pemprov/Pemkab sesuai dengan protap, termasuk saran pengungsian penduduk.
Setelah Krisis/Letusan
  • Menurunkan status kegiatan gunungapi.
  • Menginventarisir data letusan termasuk sebaran dan volume material letusan.
  • Mengidentifikasi daerah yang terancam bahaya sekunder (lahar).
  • Memberikan rekomendasi teknis kepada Pemprov/Pemkab sesuai dengan protap, termasuk pengembalian pengungsi dan potensi ancaman lahar.

 
Free Host | new york lasik surgery | cpa website design