Kita harus meyakini apa yang kita ucapkan, kita lakukan itu benar. Dengan keyakinan tersebut kita akan percaya diri dan mantaf, tidak ragu-ragu. Sebab salah satu penyakin yang menyebabkan kegagalan salah satunya adalah sikap ragu-ragu. Jika hidup penuh ragu-ragu, maka selama itu pula kita tidak akan pernah tenag dalam melangkah, kita jadi pesimis.
Keyakinan kita tentu harus punya dasar, artinya keyakinan yang tidak membabi buta, tidak semata-mata pertimbangan ilmiah, tetapi setidaknya kita punya alasan mengapa kita meyakininya. Keyakinan itu bisa diperoleh melalui beragam cara, misalnya membaca. Dari membaca kita yakin bahwa ibu kota Amerika Serikat bukan New York, tapi Washington DC. Dari membaca kita tahu bahwa Presiden RI sekarang adalah Jokowi, bukan yang lain (ini bukan untuk menyindir kelompok orang yang masih belum percaya bahwa Jokowi adalah Presiden RI, buktinya, di kantor dia masih dipasang gambar orang lain, mungkin dia tidak pernah membaca,, hehe).
Sumber keyakinan yang lain berdasarkan ceramah yang kita dengan dalam kegiatan pengajian, misalnya bahwa ada kehidupan yang abadi setelah kehidupan di dunia, yaitu akherat. Begitulah keyakinan itu bisa kita dapatkan dari berbagai sumber.
Namun demikian, bagaimana jika sumber-sumber tersebut ternyata diragukan kebenarannya? bacaan bisa salah, orang ceramah bisa juga salah, begitu seterusnya. Maka sebagai orang awam, janganlah kita terlalu naif hanya menggantungkan satu sumber informasi saja untuk memperkuat keyakinan kita. Perlu juga kita menjelajah berbagai sumber informasi supaya kita mendapat informasi yang valid sebagai dasar kita meyakini kebenaran. Jangan memaksakan...
Mungkin juga, antara dua orang bisa punya keyakinan berbeda tentang suatu hal. Ini sangat mungkin jika menyangkut persoalan ibadah. Ada kelompok yang meyakini satu gerakan tertentu dalam kegiatan ibadah, sementara yang lain menentangnya. Masing-masing punya dasar kuat. Sebagai manusia biasa kita tidak bisa menjamin keyakinan kita itu betul seratus persen, apalagi untuk hal-hal seperti yang tadi saya sebutkan, karena pembuktiannya tidak bisa dilihat sebagaimana kita yakin ibu kota Amerika Serikat adalah Washington DC dan Presiden RI sekarang adalah Jokowi.
Perlunya sikap menghargai perbedaan tersebut, tetapi kita tetap harus yakin bahwa apa yang kita pikirkan, dan apa yang kita lakukan adalah sesuatu yang benar. Jika itu tercipta, alangkahnya indahnya..
May 18, 2016
Yakin benar dan yakin tidak benar
4:52 PM
Muh. Sholeh
0 komentar:
Post a Comment