Pengertian
Gunungapi adalah bentuk timbunan (kerucut dan lainnya) di permukaan bumi yang, dibangun oleh timbunan rempah letusan, atau tempat munculnya batuan lelehan (magma)/rempah lepas/gas yang berasal dari bagian dalam bumi.
Penyebab
Pancaran magma dari dalam bumi yang berasosiasi dengan arus konveksi panas
Proses tektonik dari pergerakan dan pembentukan lempeng/ kulit bumi
Akumulasi tekanan dan temperatur dari fluida magma menimbulkan pelepasan energi
Mekanisme Perusakan
Bahaya letusan gunungapi dibagi dua berdasarkan waktu kejadiannya, yaitu bahaya utama(primer) dan bahaya ikutan (sekunder). Kedua jenis bahaya tersebut masing-masing mempunyai risiko merusak dan mematikan.
Bahaya Utama (primer)
Bahaya utama (sering juga disebut bahaya langsung) letusan gunungapi adalah bahaya yang, langsung terjadi ketika proses peletusan sedang berlangsung. Jenis bahaya tersebut adalah awanpanas (piroclastic flow), lontaran batu (pijar), hujan abu lebat, leleran lava (lava flow), dan gas beracun.
Awan panas adalah campuran material letusan antara gas dan bebatuan (segala ukuran) terdorong ke bawah akibat densitasnya yang tinggi dan merupakan adonan yang jenuh menggulung secara turbulensi bagaikan gulungan awan yang menyusuri lereng, selain suhunya sangat tinggi, antara 300-7000C, kecepatan luncurnya-pun sangat tinggi, > 70 km per jam (tergantung kemiringan lereng).
Lontaran material (pijar) terjadi ketika letusan (magmatik) berlangsung. Jauhnya lontaran sangat bergantung dari besarnya energi letusan, bisa mencapai ratusan meter jauhnva, Selain suhunya tinggi (> 2000C), ukurannya-pun besar (garis tengah >10 cm) sehingga dapat membakar sekaligus melukai, bahkan mematikan makhluk hidup. Lazim juga disebut sebagai "bom vulkanik".
Hujan abu lebat terjadi ketika letusan gunungapi sedang, berlangsung. Material yang berukuran halus (abu & pasir halus) diterbangkan angin dan jatuh sebagai hujan abu, arahnya tergantung arah angin. Karena ukurannya halus maka berbahaya bagi pernafasan, mata, dapat mencemati air tanahe merusak tetumbuhan (terutama daun), Korosif pada atap seng karena mengandung unsure-unsur kimia yang bersifat asam serta pesawat terbang (terutama yang bermesin jet).
Lava adalah magma yang mencapai permukaan, sifatnya liquid (cairan kental) dan bersuhu tinggi antara 700-12000C. Karena cair, maka lava umumnya mengalir mengikuti lereng/lembah dan membakar apa saja yang dilaluinya. Bila lava tersebut sudah dingin, maka berubah wujud menjadi batu (batuan beku) dan daerah yang dilaluinya menjadi lading batu.
Gas beracun yang muncul dari gunungapi tidak selalu didahului oleh letusan, tetapi dapat keluar dengan sendirinya melalui celah bebatuan yang ada, meskipun kerap kali diawali oleh letusan. Gas utama yang biasa muncul dari celah bebatuan gunungapi adalah CO2, H2S, HCI, SO2, dan CO. Yang paling kerap dan sering, menjadi penyebab kematian adalah CO2. Sifat gas jenis ini lebih berat dan udara sehingga cenderung menyelinap di dasar lembah atau cekungan terutama malam hari, cuaca kabut atau tidak berangin, karena dalam suasana tersebut konsentrasinya akan bertambah besar. G.Tangkuban perahu, G. Dieng, G. Ciremei, dan G. Papandayan terkenal memiliki karakteristik letusan gas dan sering, meminta korban karena kebenciaan gas yang dikandungnya dan dikenal memiliki "Lembah Maut".
Tsunami atau gelombang pasang akibat letusan gunungapi bisa terjadi, tetapi pada umumnya pada gunungapi pulau. Ketika terjadi letusan materialnya masuk ke dalam laut dan mendorong air laut ke arah pantai dan menimbulkan gelombang pasang. Makin besar volume material letusan makin besar gelombang yang terangkat ke darat, contoh kasus Letusan G. Krakatau 1883.
Bahaya Ikutan (Sekunder)
Bahaya ikutan letusan gunungapi adalah bahaya yang terjadi setetah proses peletusan berlangsung. Bila suatu gunungapi meletus akan terjadi penumpukan material dalam berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian atas. Pada saat musim hujan tiba sebagian material tersebut akan terbawa oleh air hujan dan tercipta adonan lumpur turun ke lembah sebagai banjir bebatuan, banjir tersebut disebut lahar.
Kajian Bahaya
Identifikasi gunungapi aktif (Data Gunungapi Indonesia, Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral)
Tingkat akfivitas gunungapi berdasarkan cacatan sejarah
Penelitian dengan metoda geologi, geofisika, dan geokimia dapat untuk mengetahui aktivitas/kegiatan gunungapi.
Gejala dan Peringatan dini
Status Kegiatan Gunungapi
- Aktif-Normal (level 1), kegiatan gunungapi baik secara visual, maupun dengan instrumentasi tidak ada gejala perubahan kegiatan
- Waspada (level 2), berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumentasi mulai terdeteksi gejala perubahan kegiatan, misalnya jumlah gempa vulkanik, suhu kawah (solfatara/fumarola) meningkat dari nilai normal
- Siaga (level 3), kenaikan kegiatan semakin nyata. Hasil pantauan visual dan seismik berlanjut didukung dengan data dari instrumentasi lainnya
- Awas (level 4), semua data menunjukkan bahwa letusan utama segera menjelang. Letusan-letusan asap/abu sudah mulai terjadi.
Mekanisme Pelaporan
- Aktif-Normal, setiap dua kali sehari dilaporkan kegiatan gunungapi dari Pos PGA ke Kantor DVMBG melalui radio SSB.
- Laporan bulanan disampaikan oleh Pengamat gunungapi ke Kantor DVMBG ditembuskan kepada Pemprov dan Pemerintah kabupaten.Waspada, selain laporan harian dan laporan bulanan dibuat laporan mingguan disampaikan kepada Kepala Badan Geologi.
- Siaga dan awas, tim Tanggap Darurat membuat laporan harian dan evaluasi mingguan disampaikan kepada Direktur DVMBG ditembuskan kepada Kepala Badan Geologi, Pemprov/Pemkab, Bakornas PB, dan Direktorat Keselamatan Penerbangan.
Parameter
- Besaran letusan
- Jenis letusan
- Arah aliran material
- Volume material letusar yang dimuntahkan (m3)
- Lama letusan berlangsung (detik, menit,jam, hari)
- Radius jatuhan material (km2) dan ketebalan endapannya (m)
Komponen yang Terancam
- Mahluk hidup dan harta benda yang ada sekitar pusat letusan atau kawasan rawan bdncana
- Semua bangunan dapat terbakar atau rubuh dilanda material letusan
- Atap rumah terutama yang terbuat dari seng mudah korosif akibat hujan abu (mengandung sulfur)
- Atap dan rumah yang terbuat dari kayu atau dari bahan yang mudah terbakar lainnya
- Sumber air minum (terutama yang terbuka) mudah tercemar oleh debu gunungapi
- Atap bangunan yang lemah tidak tahan terhadap endapan abu
- Tamanan rusak menimbulkan gagal panen, cadangan pangan terganggu
- Material letusan, terutama abu dapar mengakibatkan gangguan pernapasan (ISPA). dan sakit mata
Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana
Strategi Mitigasi
- Perencanaan lokasi pemanfaatan lahan untuk aktivitas penting harus jauh atau diluar dari kawasan rawan bencana
- Hindari tempat tempat yang memiliki kecenderungan untuk lava dan atau lahar
- Perkenalkan struktur bangunan tahan api
- Penerapan desain bangunan yang tahan terhadap tambahan beban akibat abu gunungapi
- Membuat barak pengungsian yang permanen, terutama di sekitar gunungapi yang sering meletus, misalnya G. Merapi (DIY, Jateng), G. Semeru (Jatim.), G. Karangetang (Sulawesi Utara) dsb.
- Membuat fasilitas jalan dari tempat pemukiman ke tempat pengungsian untuk memudahkan evakuasi
- Menyediakan alat transportasi bagi penduduk bila ada perintah pengungsian
- Kewaspadaan terhadap risiko letusan gunung api di daerahnya
- Identifikasi daerah bahaya (dapat dilihat pada Data Dasar Gunungapi Indonesia atau Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi)
- Tingkatkan kemampuan pemadaman api
- Buat tempat penampungan yang kuat dan tahan api untuk kondisi kedaruratan.
- Masyarakat yang bermukim di sekitar gunungapi harus mengetahui posisi tempat tinggalnya pada Peta Kawasan Rawan Bencana gunungapi (penyuluhan).
- Masyarakat yang bermukim di sekitar gunungapi hendaknya faham cara menghindar dan tindakan yang harus dilakukan ketika terjadi letusan gunungapi (penyuluhan),
- Paham arti dari peringatan dini yang diberikan oleh aparat/pengamat gunungapi (penyuluhan).
- Bersedia melakukan koordinasi dengan aparat/pengamat gunungapi.
Upaya pengurangan bencana
Sebelum Krisis/Letusan
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk menghindari, atau meminimalkan korban (jiwa dan harta) akibat letusan gunungapi, antara lain:
- Mengamati kegiatan gunungapi setiap saat. Mengamati kegiatan gunungapi setiap saat. Upaya ini dapat dilakukan dari tempat yang permenent, misalnya Pos Pengamatan Gunungapi.
- menentukan status kegiatan gunungapi,
- Melakukan penelitian ilmiah secara temporer dan berkala.
- Melakukan pemetaan geologi untuk mengetahui sejarah kegiatan suatu gunungapi dimasa lalu.
- Melakukan pemetaan kawasan rawan bencana. Upaya ini berguna untuk menentukan suatu wilayah atau aeral yang berbahaya atau aman untuk dihuni atau digarap sebagai lahan pertanian dan sebagainva.
- Membuat cek/sabo dam untuk mengarahkan aliran lahar agar tidak melanda pemukiman, persawahan/kebun atau fasilitas lainnya.
- Melakukan sosialisasi dan penyuluhan secara berkala kepada penduduk yang bermukim di sekitar gunungapi.
Saat Krisis/Letusan
- Memberangkatkan Tim Tanggap Darurat ke lokasi bencana.
- Meningkatkan pengamatan.
- Menentukan status kegiatan gunungapi dan melaporkannya sesuai dengan protap.
- Memberikan rekomendasi teknis kepada Pemprov/Pemkab sesuai dengan protap, termasuk saran pengungsian penduduk.
Setelah Krisis/Letusan
- Menurunkan status kegiatan gunungapi.
- Menginventarisir data letusan termasuk sebaran dan volume material letusan.
- Mengidentifikasi daerah yang terancam bahaya sekunder (lahar).
- Memberikan rekomendasi teknis kepada Pemprov/Pemkab sesuai dengan protap, termasuk pengembalian pengungsi dan potensi ancaman lahar.