Menurut Wulan Ayodya, penggiat Usaha Kecil Menengah (UKM), bisnis kedai kopi cukup menguntungkan. Pasalnya, sekarang ini minuman kopi sudah termasuk kebutuhan sehari-hari masyarakat Indonesia. Entah untuk penggemar kopi "betulan", atau pelengkap gaya hidup. Ini terbukti dengan bertahannya bisnis minuman kopi selama bertahun-tahun. Tren ini menurut Wulan dimulai ketika kedai kopi kondang dari luar negeri bermunculan di kota-kota besar Indonesia.
Kehadiran kedai-kedai kopi internasional tersebut seolah menyadarkan, ternyata kopi yang sudah dikenal lama dalam keseharian masyarakat Indonesia, bisa diolah menjadi berbagai rasa eksotis dan menarik. "Sehingga, orang-orang yang tak begitu suka kopi pun tertarik mencoba," katanya.
Sayangnya, harga minuman kopi yang ditawarkan terlalu tinggi, berkisar Rp 40.000 per gelas. Mahalnya harga kopi di gerai kopi internasional ini membuka peluang usaha baru. Bermunculanlah pengusaha-pengusa baru, yang konsepnya meniru usaha kedai kopi dari luar negeri, tetapi dijual dengan harga ekonomis dan pengemasan yang tak kalah menarik.
Bentuk dan citarasa bersaing
Kalau dulu minuman kopi ala kafe ini hanya bisa dinikmati di kedai kopi mentereng, kini tidak lagi. Pilihannya menjadi sangat beragam. Bahkan, dengan kemasan yang sama, minuman kopi bisa dijual dengan gerobak. "Sehingga harganya cukup murah dan terjangkau. Ada yang menjual Rp 7.000, Rp 10.000, hingga Rp 15.000," papar salah satu juri Sekar Womenpreneur Awards 2011 ini.
Menurut Wulan, kopi-kopi dengan menggunakan gerobak mempunyai pasar tersendiri di kalangan masyarakat. Buktinya bisnis ini menjamur mulai dari pusat perbelanjaan, stasiun, terminal, tempat hiburan, hingga di pinggir jalan.
Melihat proses memulai usaha kopi yang tak terlalu ruwet, siapa pun berpeluang untuk bisa memulai usaha ini. Bahkan Anda yang awam mengenai dunia perkopian sekali pun. Tetapi, tentu saja, sebelum benar-benar terjun berbisnis kedai kopi, khususnya yang ditujukan untuk pembeli kelas menengah, Wulan membagi beberapa tips yang harus diperhatikan. ,
* Citarasa
Menurut Wulan, masyarakat bisa membedakan mana kopi yang enak dan mana yang tidak. Untuk itu para pengusaha kedai kopi harus memperhatikan cita rasa. Wulan memberikan contoh bisnis minuman kopi yang ada di Aceh dan Makassar. Di dua kota itu masyarakat sangat kritis dan bisa membedakan mana kopi yang berkualitas baik mana yang tidak.
"Bila kesan pertama saja sudah tidak enak di lidah, dan tak menarik secara penampilan, tentu orang-orang akan kapok untuk membeli lagi," ucap Wulan.
Untuk menghasilkan minuman kopi dengan cita rasa tinggi, tentu Anda harus banyak bergaul dengan para pecinta kopi. Dari situlah Anda akan tahu, jenis kopi dari daerah mana saja mempunyai vita rasa tinggi.
* Perhatikan selera masyarakat
Poin ini sangat penting. Wulan berpendapat, beda tempat maka beda pula selera masyarakat terhadap minuman kopi. Nah, untuk itu para pengusaha kedai kopi harus peka terhadap hal ini. Wulan mencontohkan, misalnya Anda akan membuat kedai kopi di sekitar kampus. Maka minuman kopi yang disajikan harus beraneka ragam.
Misalnya minuman kopi dengan campuran krim, susu, cokelat, hingga buah-buahan. Semakin beragam maka semakin besar peluang untuk laku. Kenapa? Karena yang membeli adalah mahasiswa yang notabenenya suka dengan minuman unik. Dengan meracik kopi tersebut menjadi beragam rasa dan varian, maka para mahasiswa akan merasa tertarik untuk membeli kopi tersebut.
Begitu pula jika ingin membuat kedai kopi yang lokasinya dekat dengan perkantoran. Pelajarilah, bagaimana selera orang-orang tersebut. Jenis kopi apakah yang disukai oleh mereka.
* Cari pembeda
Tak dapat dipungkiri, saat ini bisnis kedai kopi sudah menjamur. Mereknya pun beranekaragam. Selain itu, setiap merek menyediakan puluhan menu kopi. Mau tidak mau kita dituntut untuk lebih kreatif mencari pembeda dengan minuman kopi milik orang lain. "Jika menunya sama saja tentu Anda akan menjadi pengekor," tutur Wulan.
Pembeda bisa dilihat dari kemasan, harga, maupun citarasa minuman. Misalnya, Anda fokus membuat minuman kopi yang berasal dari Aceh. Kalau pun Anda meraciknya menjadi aneka minuman, tapi bahan dasar kopi adalah kopi aceh. Sehingga, ketika orang-orang akan mencari minuman kopi aceh, mereka akan datang ke kedai Anda.
* Kenali kelas ekonomi
Menurut Wulan, laku atau tidaknya suatu barang juga ditentukan oleh harga. Bila harga yang ditawarkan terlalu mahal di lingkungan dengan kelas ekonomi menengah, tentu produk tersebut tidak akan laku. Jadi, perhatikan dimana Anda menjual minuman kopi tersebut. Bila pusat perbelanjaan yang kita tuju ternyata mayoritas dikunjungi oleh masyarakat kelas menengah, jangan sampai membanderol harga terlalu tinggi, karena akan terasa terlalu berat untuk kantong mereka.
Menurut Wulan, untuk menyasar kelas menengah, harga yang pas adalah sekitar Rp 7.000 sampai Rp 15.000. "Kalau menyasar kelas yang lebih tinggi, harga bisa lebih mahal, sekitar Rp 15.000 sampai Rp 30.000," lanjut Wulan.
* Berikan potongan harga
Agar kedai kopi Anda mudah diingat oleh orang lain, berikanlah potongan harga menarik. Misalnya, ketika Anda menjual satu gelas kopi seharga Rp 15.000, Anda memberikan satu buah donat kepada pembeli. Dengan begitu orang lain akan mengingat produk Anda. Cara lainnya, dengan membeli dua gelas kopi berukuran besar, Anda memberikan gratis satu gelas kopi berukuran kecil. Cara-cara seperti ini menurut Wulan bisa menunjang penjualan produk Anda.
Sumber: Majalah Sekar
0 komentar:
Post a Comment