Mengapa Karangsambung?
Kawasan Karangsambung
menyimpan berbagai monumen geologi yang sangat unik. Fenomena geologinya juga
sangat khas sepanjang evolusi bumi. Mulai dari zaman kapur atau sekitar 120
juta tahun yang lalu. Demikian pula dengan basement Pulau Jawa yang berupa
batuan metamorf, tersingkap dengan baik di kawasan tersebut. Di Karangsambung,
tersingkap aneka batuan dari berbagai umur dan proses kejadiannya.
Batuan-batuan itu merupakan rekaman peristiwa pembentukan muka bumi ini.
“Karangsambung adalah black box-nya
proses alam. Ini alasan mengapa Karangsambung sangat menarik untuk dikunjungi.
Dengan
berkunjung ke kawasan geologi Karangsambung sekaligus masuk ke museum geologi
yang ada di Kampus UPT BIKK LIPI Karangsambung, bisa diperoleh jawaban atas
pertanyaan apakah bumi itu, bagaimana mula jadinya, apa evolusi itu dan apa
artinya bagi kehidupan manusia.
Harapannya,
manusia menjadi lebih arif memperlakukan bumi. Karena selain mengandung potensi
sumberdaya alam, bumi juga memiliki potensi bencana. Karena itu bumi harus
dicermati dan diperlakukan dengan baik. Dengan jalan-jalan menjelajahi kawasan
geologi Karangsambung, akan melihat bukti keunikan dan keanekaragaman batuan
yang tersingkap akibat tumbukan lempeng Samudra India-Australia dengan lempeng
Asia Tenggara yang terjadi pada zaman Kapur Akhir sampai Tersier Awal (sekitar
70 juta tahun yang lalu).
Karangsambung
merupakan salah satu situs geologi penting di Pulau Jawa. Fenomena geologinya
sangat langka. Situs-situsnya berkaitan erat dengan sejarah pembentukan dan
perkembangan cekungan selama akhir mesozoikum hingga permulaan tersier berdasar
pendekatan tektonik. Oleh para ahli geologi, Karangsambung dianggap sebagai
miniatur keanekaragaman bumi atau geodiversity.
Selain itu, menjadi kompleks fosil daerah tunjaman. Di mana batuan asal benua
dan batuan asal samudera tercampur aduk menjadi satu secara tektonik.Di Karangsambung
juga terdapat batuan-dasar tertua di Pulau Jawa yang tersingkap.
Karang Sambung
merupakan laboratorium alam dan monumen geologi yang sangat menarik bagi obyek
penelitian maupun wisata alam. Salah satu kecamatan di bagian utara Kabupaten
Kebumen ini disebut laboratorium alam geologi karena menghadirkan variasi
struktur dan jenis batuan di kawasan yang relatif tidak luas. Nilai ilmiahnya
bertambah penting setelah lahir teori tektonik lempeng, karena menurut para
ahli geologi daerah ini pernah menjadi batas lempeng konvergen berupa jalur subduksi
pada jaman Kapur yang berlanjut hingga Pegunungan Meratus, Kalimantan.
Batuan-batuan hasil tumbukan tersebut kini terangkat ke permukaan dan dapat
diamati dalam kondisi yang relatif segar.
Oleh karena
begitu pentingnya, kawasan ini kemudian ditetapkan sebagai Cagar Alam Geologi
Nasional yang dikelola oleh Balai Informasi dan Konservasi Kebumian
Karangsambung-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Hal ini bertujuan agar
batuan-batuan langka yang terdapat di Karang Sambung terlindung dari kepunahan
akibat ditambang oleh penduduk. Sebab Karang Sambung juga menjadi bukti teori
tektonik lempeng dan menjadi referensi dunia.
Fasilitas
Baik kegiatan
penelitian maupun wisata ilmiah di Karang Sambung dikelola oleh Unit Pelaksana
Teknis Balai Informasi dan Konservasi Kebumian LIPI. Unit ini memiliki
fasilitas pendukung berupa tempat penginapan & asrama, perpustakaan, dan
bengkel kerja kerajinan batumulia (gambar 1). Kegiatan wisata ilmiah itu
meliputi ceramah ilmiah populer, diskusi, kunjungan lapangan ke berbagai lokasi
penting, melihat koleksi batuan serta proses pembuatan batu mulia.
Selain itu, wisatawan juga bisa mengikuti kegiatan perburuan atau pencarian batuan di aluvial Sungai Lukulo, sungai terbesar di daerah ini. Di kawasan Balai Informasi dan Konservasi Kebumian LIPI dapat dilihat proses pembuatan kerajinan batu mulia, mulai dari memilih bahan, memotong, dan membentuknya. Selain batu mulia, pengunjung juga bisa melihat berbagai koleksi batuan yang ada di Karangsambung, model tektonik, maket geologi (gambar 2) dan peraga yang menggambarkan proses dinamika bumi di museum.
Selain itu, wisatawan juga bisa mengikuti kegiatan perburuan atau pencarian batuan di aluvial Sungai Lukulo, sungai terbesar di daerah ini. Di kawasan Balai Informasi dan Konservasi Kebumian LIPI dapat dilihat proses pembuatan kerajinan batu mulia, mulai dari memilih bahan, memotong, dan membentuknya. Selain batu mulia, pengunjung juga bisa melihat berbagai koleksi batuan yang ada di Karangsambung, model tektonik, maket geologi (gambar 2) dan peraga yang menggambarkan proses dinamika bumi di museum.
Karangsambung Situsnya Batuan
Inilah beberapa
situs yang bisa dipelajari untuk mengetahui sejarah bumi, khususnya proses
evolusi lempeng Asia bagian tenggara.
- Situs batuan metamorf serpentinit di Pucangan. Batuan berwarna kehijauan ini berasal dari perut bumi di bawah lantai samudra. Batu ini malihan dari batu ultra basa hasil pembekuan magma pada kerak samudra. Batu ini berubah ketika bersentuhan dengan air laut dan berubah lagi ketika masuk zona tunjaman dan terangkat ke permukaan bumi.
- Situs batuan metamorf sekis mika di Kali Brengkok. Batuan dengan mineral mika yang berkilauan ketika tertimpa sinar matahari ini adalah batu tertua yang tersingkap di Pulau Jawa. Pengukuran dengan radioaktif menunjukkan batuan ini berumur 121 juta tahun, dari Zaman Kapur. Batuan alas Pulau Jawa ini memiliki nilai ilmiah tinggi karena membuktikan bahwa sejak zaman itu telah terjadi tumbukan lempeng samudra dengan lempeng benua di kawasan Karangsambung. Batuan ini berasal dari batuan pasir yang mengandung mineral asam dari lempeng benua yang masuk ke zona subduksi dan berubah menjadi sekis mika.
- Situs batu rijang dan lava basal berbentuk bantal di Kali Muncar. Batuan sedimen ini terbentuk di dasar samudra purba 80 juta tahun lampau. Batu ini memberi fakta kuat bahwa dahulu Karangsambung adalah dasar samudra yang terangkat oleh proses geologi. Batuan sedimen berwarna merah memanjang sekitar 100 meter pada dinding Kali Muncar itu ibarat layar pertunjukan wayang kulit, atau kelir dalam bahasa Jawa. Hal ini membuat masyarakat setempat menamainya Watu Kelir, apalagi di atasnya terdapat batuan beku yang bentuknya mirip kenong dan gong. Batuan sedimen merah ini terdiri atas lapisan rijang dan lapisan lempung merah gampingan. Rijang berwarna merah karena mengandung unsur besi dan berisi fosil Radiolaria berusia 80 juta tahun atau Zaman Kapur Atas. Batuan dasar samudra pada kedalaman minimal 4.000 meter ini seharusnya horizontal, tapi menjadi tegak karena pengaruh tektonik yang mengangkatnya. Batuan beku di bagian atasnya adalah lava basal dari gunung berapi di dasar laut. Lava bantal ini terbentuk pada zona pemekaran dasar samudra, yang langsung membeku ketika terkena air laut. Batu ini adalah bukti adanya kegiatan vulkanis bawah laut yang mengakibatkan pemekaran tengah laut.
- Situs batuan breksi di Bukit Waturanda. Batuan kehitaman ini mengandung fragmen andesit dan lava. Singkapan batuan di tepi jalan dengan lereng tebing vertikal ini perselingan batu pasir dengan breksi. Formasi Waturanda ini ditafsirkan sebagai fluxoturbidite yang diendapkan pada cekungan muka busur. Sumber material diperkirakan berasal dari aktivitas magmatik Eosen-Miosen.
- Bukit Jatibungkus. Bukit berukuran 350 x 150 meter ini tampak terisolir di antara dataran di sisi utara dan selatannya. Di lokasi ini terdapat batugamping dengan fosil berupa Foraminifera besar, ganggang merah, ganggang hijau, serta Milliodidae. Selain itu, ditemukan juga pecahan-pecahan kuarsa, rijang, dan batuan metamorf, yang mengindikasikan bahwa batuan ini diendapkan dekat dengan sumbernya.
- Gunung Parang. Di gunung ini, dapat
diamati bentuk kekar kolom seperti yang terdapat pada Devil’s Tower di Wyoming,
Amerika Serikat. Gunung yang tersusun dari batuan beku Diabas ini merupakan
intrusi konkordan berupa sill yang menerobos Fm. Karangsambung dan Fm. Totogan.
Bukit Wagir Sambeng. Gunung ini seluruhnya tersusun oleh asosiasi rijang dan batulempung gampingan berwarna merah. Singkapan yang merupakan endapan laut dalam ini berlapis hampir vertikal membentuk puncak-puncak punggungan yang sempit, memberikan kenampakan yang mempesona sebagai suatu monumen. Morfologi amphiteater dan kondisi geologi Karangsambung dapat dilihat dari puncak gunung ini. - Gunung Sipako. Di sini terdapat singkapan filit berwarna hitam pada dinding sungai yang terjal. Batuan ini terbentuk selama proses penunjaman serta merupakan batuan metamorf berderajat rendah. Proses tektonik dan deformasi lebih lanjut berupa patahan geser searah aliran sungai, membentuk lipatan-lipatan kecil serta struktur gores garis pada batuan filit.
- Krakal. Daerah yang terletak di Kecamatan Alian ini berupa pemandian air panas. Terbentuknya mataair panas yang bersifat basa ini bukan karena aktivitas gunungapi, tetapi hasil induksi panas dari dalam bumi akibat adanya patahan yang mengenai daerah ini. Untuk menuju tempat ini, dapat menggunakan angkot jurusan Kebumen-Alian langsung dari Kebumen.
5 komentar:
keren
mantap
salam kenal
semoga bermanfaat
tips yang bagus
Post a Comment