Jan 24, 2012

PERENCANAAN LABORATORIUM TATA BUSANA PADA KELAS UNGGULAN PROGRAM KEAHLIAN TATA BUSANA DI SMK NEGERI 3 MAGELANG

Oleh Widowati

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana perencanaan manajemen laboratorium Tata Busana Program Keahlian Tata Busana SMK Negeri 3 Magelang. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan pertimbangan bahwa tujuan dari penelitian adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang nilai-nilai yang dikembangkan, sasaran dan tujuan, tahap-tahap, dan evaluasi dalam perencanaan laboratorium. Perencanaan pada laboratorium tata busana disusun selaras dengan visi, misi, dan nilai-nilai sekolah. Implementasi nilai-nilai sekolah dalam perencanaan laboratorium merupakan upaya sungguh-sungguh menjunjung tinggi cita-cita sekolah. Sasaran dalam perencanaan laboratorium tata busana dibedakan menjadi sasaran jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Sasaran perencanaan telah disertakan dalam program kerja yang terdiri dari penentuan personil, pendanaan, dan penentuan alokasi waktu. Perencanaan laboratorium berlangsung melalui beberapa tahapan, yaitu perencanaan oleh masing-masing guru, pembentukan tim kecil penyusun draft program kerja, dan pembahasan pada forum rapat guru. Evaluasi dalam perencanaan laboratorium tata busana dilaksanakan pada saat rapat guru dan saat informal. Semangat dan prinsip yang dikembangkan adalah serius, terbuka, kekeluargaan, dan saling menghargai.
Kata Kunci: Perencanaan Laboratorium, Tata Busana, Kelas Unggulan

PENDAHULUAN
Lulusan Program Keahlian Tata Busana SMK Negeri 3 Magelang banyak dicari perusahaan karena mampu bekerja dan berkarya dengan baik sesuai standar keterampilan yang telah ditetapkan. Ini menunjukkan program tersebut berhasil memberi bekal keterampilan kepada siswa-siswanya. Keberhasilan tersebut salah satunya didukung oleh keberadaan laboratorium (bengkel) tata busana yang menjadi tempat latihan bagi siswa untuk meningkatkan keterampilan di bidang tata busana.
Kompetensi lulusan menjadi topik hangat dalam wacana pendidikan dewasa ini. Naisbitt (1995) mengemukakan ada 8 kecenderungan besar di Asia yang ikut mempengaruhi dunia. Kedelapan kecenderungan itu akan mempengaruhi tata nilai dalam berbagai aspek, pola dan gaya hidup masyarakat baik di desa maupun di kota. Selama ini perhatian kita masih terfokus pada input dan proses tanpa memperhatikan kompetensi lulusan, sehingga lulusan dari tiap jenjang pendidikan gagal memenuhi harapan besar pendidikan. Untuk itu kualitas atau kompetensi lulusan perlu mendapat perhatian serius, dan nampaknya pemerintah telah merespon tuntutan tersebut dengan menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006.
Sekolah harus proaktif dalam menyongsong perubahan-perubahan yang berlangsung dengan cepat. Manajemen sekolah yang selama ini tertutup harus didesain ulang agar mudah diakses masyarakat. Manajemen sekolah yang sentralistik harus diubah dengan menciptakan suasana manajemen terbuka sehingga dengan keterbukaan tersebut akan muncul beragam ide dari seluruh kekuatan sekolah untuk meningkatkan kualitas sekolah.
Tuntutan terhadap lulusan SMK sesuai dengan kurikulum 2004 yang diteruskan dengan kurikulum 2006 adalah lulusan yang yang berstandar nasional, yang memiliki jati diri bangsa dan mampu mengembangkan keunggulan lokal dalam bersaing di pasar global. Berkaitan dengan tuntutan kompetensi, sekolah harus menciptakan situasi kondusif dengan meningkatkan fungsi masing-masing elemen, termasuk di dalamnya fungsi laboratorium. Sebagai elemen vital, laboratorium harus dikelola dengan baik agar peran dan fungsinya betul-betul mendukung proses belajar mengajar dengan memberikan bekal keterampilan optimal kepada siswa.
Seluruh sistem yang ada di dalam laboratorium baik perangkat keras, sumber daya manusia, maupun unsur-unsur lain harus dikelola dengan optimal agar keberadaannya memberi manfaat besar dalam proses belajar mengajar. Pengelolaan tersebut yang kita kenal dengan manajemen laboratorium. Tujuannya jelas, yaitu mengoptimalkan fungsi laboratorium.
Perwujudan yang dapat dilihat dari pengelolaan laboratorium yang baik adalah, pemanfaatan alat dan mesin dalam proses pembelajaran, rasio penggunaan alat dan mesin sesuai dengan kebutuhan ideal, penataan alat-alat memperhatikan aspek kenyamanan dan keselataman, pengaturan jadwal belajar tidak mengalami benturan, munculnya tanggungjawab siswa dalam menjaga dan merawat alat-alat yang digunakan, adanya tanggungjawab yang jelas dari pengelola laboratorium, adanya aturan yang tegas dalam laboratorium, dan adanya komunikasi yang baik antara pengelola laboratorium, guru, dan siswa.

METODE
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan pertimbangan bahwa tujuan dari penelitian adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang nilai-nilai yang dikembangkan, sasaran dan tujuan, tahap-tahap, dan evaluasi dalam perencanaan laboratorium Program Keahlian Tata Busana SMK Negeri 3 Magelang.
Data dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi 2, yaitu data primer dan sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari lapangan baik melalui pengamatan dan wawancara. Data skunder bersumber pada dokumen yang berupa visi dan misi sekolah, program kerja sekolah, jadwal mata pelajaran, pembagian tugas di laboratorium, gambar/desain pekerjaan siswa di laboratorium, notulen hasil rapat, dan dokumen lain yang relevan dengan tujuan penelitian. Informan dalam penelitian ini adalah, kepala sekolah, ketua program keahlian, guru, pengelola laboratorium, petugas laboratorium, dan siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Nilai-nilai dalam perencanaan laboratorium
Perencanakan manajemen laboratorium tata busana dilaksanakan berdasarkan nilai-nilai yang menjiwai SMK Negeri 3 Magelang, yaitu komitmen, kebersamaan, kreatif dan inovatif, kepedulian, keterbukaan, saling percaya, saling menghargai, dan pelayanan prima. Dalam perencanaan manajemen laboratorium bengkel tata busana SMK Negeri 3 Magelang, ada beberapa prinsip yang menjadi pegangan, yaitu demokratis, transparan, dan efisiensi.
Implementasi dari nilai-nilai sekolah dalam perencanaan manajemen adalah dengan cara menjadikan nilai-nilai sekolah sebagai penduan agar setiap perencanaan yang disusun tidak melenceng dari nilai-nilai sekolah yang terdiri dari komitmen, kebersamaan, kreatif, dan inovatif, kepedulian, keterbukaan, saling percaya, saling menghargai, dan pelayanan prima.
Berdasarkan paparan tersebut menunjukkan perencanaan manajemen laboratorium tata busana berjalan cukup baik. Buktinya adalah proses pembelajaran di laboratorium berjalan dengan baik, mesin dan peralatan tertata dan terjaga dengan baik, pengaturan kelompok berlangsung tertib, piket guru sudah teratur, dan kerjasama dengan mitra berjalan lancar.
Perencanaan dalam fungsi manajemen membutuhkan kesadaran akan pentingnya nilai-nilai yang menjadi dasar perencanaan. Sekilas, perencanaan tidak membutuhkan sentuhan nilai, tetapi dalam kenyataannya nilai-nilai menjadi faktor penting karena menyangkut partisipasi pihak lain. Nilai-nilai dalam perencanaan merupakan bukti kesadaran penghargaan terhadap keberadaan orang lain dan diri sendiri. Nilai-nilai tersebut biasanya disandingkan dengan proses interaksi, sehingga disebut nilai-nilai sosial.
Perencanaan menempati fungsi pertama dan utama diantara fungsi-fungsi manajemen lainnya. Para pakar manajemen menyatakan bahwa apabila perencanaan telah selesai dan dilakukan dengan benar, sebagian pekerjaan besar telah selesai dilaksanakan. Ini menunjukkan keberadaan perencanaan dalam manajemen sangat vital.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Udin Syaefudin dan Abin Syamsudin (2005) yang menyatakan bahwa perencanaan sebagai suatu rangkaian proses kegiatan menyiapkan keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi (peristiwa, keadaan, suasana, dan sebagainya) dan apa yang akan dilakukan (intensifikasi, eksistensifikasi, revisi, renovasi, subtitusi, kreasi, dan sebagainya). Rangkaian proses kegiatan itu dilaksanakan agar harapan tersebut dapat terwujud menjadi kenyataan di masa yang akan datang.
Perencanaan pada manajemen laboratorium tata busana yang disusun selaras dengan visi, misi, dan nilai-nilai sekolah tersebut merupakan bukti bahwa secara keorganisasian, sekolah tersebut solid. Laboratorium tata busana sebagai bagian dari unsur sekolah tidak berjalan sendiri-sendiri, tapi searah dengan cita-cita sekolah. Implementasi nilai-nilai sekolah dalam perencanaan pada manajemen laboratorium tata busana merupakan upaya sungguh-sungguh menjunjung tinggi cita-cita sekolah, karena dalam perencanaan yang disusun ada unsur kesetiaan, loyalitas, semangat, dan visi yang jauh kedepan demi kemajuan sekolah.
2. Sasaran dan tujuan dalam perencanaan
Fokus utama atau pusat perhatian dalam menyusun perencanaan pada bengkel tata busana, meliputi beberapa hal, yaitu personil, pendanaan, dan penentuan waktu.
a. Penentuan personil
Bengkel tata busana tidak hanya mengandalkan kemampuan satu jenis keterampilan, tapi beberapa keterampilan, seperti menjahit, bordir, garment, dan keterampilan lainnya. Bengkel tata busana dipimpin oleh seorang guru, yang membawahi beberapa penanggungjawab ruang. Ketua bengkel diusulkan karena beberapa pertimbangan, yaitu kompetensi atau kemampuan, berpengalaman, bertanggungjawab, siap memajukan sekolah,dan mempunyai kinerja yang baik.
b. Pendanaan
Bengkel tata busana terdiri dari 5 ruang membutuhkan sejumlah dana untuk operasional. Operasional yang dimaksud adalah pembelian bahan-bahan praktik dan perawatan mesin-mesin. Sumber dana untuk mendukung kegiatan di bengkel tata busana diperoleh dari komite sekolah. Pihak sekolah khususnya bengkel tata busana juga berusaha mendapatkan dana dari pihak lain, seperti mitra sekolah, dan menjual hasil karya siswa kepada masyarakat. Siswa dibekali mata pelajaran kewirausahaan, dan salah satu tugasnya adalah memasarkan hasil karya. Hasil penjualan karya siswa sebagian untuk membeli bahan praktek dan sebagian untuk siswa sendiri.
c. Alokasi Waktu
Proses belajar mengajar di SMK Negeri 3 Magelang, khususnya program keahlian tata disesuaikan dengan kalender akademik dengan menyusun jadwal pembelajaran, termasuk pembelajaran di bengkel tata busana. Bengkel tata busana pada masing-masing ruang masih terbatas melayani sekitar 20 siswa. Solusi yang ditempuh dari keterbatasan kapasitas ruang adalah dengan menyusun jadwal secara teratur agar seluruh siswa dapat terlayani pada masing-masing ruang.
Dalam prakteknya hal-hal yang direncanakan dalam manajemen laboratorium tata busana adalah pengaturan ruang/setting praktek, pembagian jadwal praktek, pembagian waktu, pembiayaan, pengadaan dan perawatan alat praktek, pemasangan/pameran pekerjaan siswa, praktek kerja/Prakerin, dan sosialisasi tata tertib di dalam bengkel.
Soenarya (2000) mendefinisikan perencanaan sebagai bagian integral dari fungsi-fungsi organik lainnya di dalam manajemen. Dalam proses kerjanya perencanaan menerima masukan dari fungsi-fungsi organik manajemen lainnya, misalnya dari fungsi organik pengorganisasian menerima yang berupa tujuan organisasi, dari fungsi organik pengawasan menerima masukan berupa masukan umpan balik berupa laporan hasil pelaksanaan suatu rencana. Sebagai bagian dari manajemen perencanaan merupakan bagian terdepan yang keberadaannya tidak bisa digantikan. Menurut Azhar Arsyad (2002) salah satu manfaat perencanaan adalah membantu organisasi untuk mengembangkan fokus kemudian mengontrol proses.
Fungsi laboratorium sebagai tempat kerja siswa harus selalu dijaga kesiapan dan kondisinya melalui pengelolaan atau manajemen yang baik. Untuk itu laboratorium tata busana membutuhkan perencanaan yang sistematis agar betul-betul siap melayani siswa. Pada tahapan inilah dibutuhkan orang-orang yang bertanggungjawab mengelola agar laboratorium berfungsi dengan baik. Pengelolaan laboratorium tata busana menjadi tanggungjawab ketua laboratorium dibantu guru penanggungjawab ruang dan penanggungjawab Maintenance & Repair (M & R).
Tujuan perencanaan dalam manajemen bengkel tata busana adalah mempersiapkan sebaik mungkin agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, memastikan bahwa proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, agar dapat diperkirakan segala kebutuhan bahan-bahan yang diperlukan dalam proses pembelajaran, memberi gambaran tentang kegiatan yang akan dilaksanakan, sebagai pengendali agar kegiatan yang berlangsung dibengkel berlangsung dengan baik.
Perencanaan harus dilaksanakan dengan sasaran yang jelas dan tegas. Keberhasilan program atau kegiatan ditentukan dalam penyusunan perencanaan, sehingga penentuan sasaran merupakan hal penting yang tidak dilepaskan. Penentuan sasaran disesuaikan dengan cita-cita institusi, sehingga dengan penentuan perencanaan yang fokus, maka tujuan institusi akan terjaga.
Sasaran yang disusun dalam perencanaan manajemen pada begkel tata busana mencerminkan bahwa sasaran dalam perencanaan manajemen bengkel tata busana jelas dan tegas. Buktinya adalah sasaran secara tegas tertulis dalam program kerja.
Tujuan merupakan gambaran riil yang akan dicapai. Untuk itu tujuan yang disusun dalam perencanaan harus jelas meskipun belum operasional. Jika tujuan disusun jelas, maka langkah-langkah yang dikerjakan juga akan jelas, begitu juga sebaliknya. Tujuan perencanaan yang dinyatakan pada paparan hasil penelitian menunjukkan jelasnya tujuan perencanaan manajemen pada bengkel tata busana.
3. Tahap-tahap dalam perencanaan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap kondisi laboratorium tata busana, khususnya ruang garment diketahui penataan alat-alat praktek terlihat sangat rapi. Mesin-mesin jahit yang membutuhkan listrik besar tertata rapi dipinggir ruang yang terhubung listrik. Meja untuk mengukur atau meletakkan kain terletak di bagian tengah. Penataan ini memudahkan siswa dalam bekerja.
Menjelang tahun ajaran baru masing-masing penanggungjawab ruang harus mempersiapkan diri dengan menyusun perencanaan agar masing-masing ruang dapat digunakan untuk proses pembelajaran dengan baik. Perencanaan laboratorium tata busana diawali dari perencanaan yang disusun oleh masing-masing guru. Langkah-langkah yang ditempuh guru dalam menyusun perencanaan, analisis kurikulum, analisis materi pelajaran, dan analisis kondisi lingkungan sekolah.
Analisis kurikulum dilakukan untuk menyelaraskan antara perencanaan yang berlangsung di bengkel tata busana dengan proses pembelajaran. Analisis materi pelajaran juga diperlukan agar proses penyiapan sarana dan prasarana sesuai dengan kateri yang akan diberikan kepada siswa. Adapun analisis kondisi lingkungan dilaksanakan agar perencanaan yang berlangsung sesuai dengan kemampuan sekolah dan kebutuhan masyarakat. Perencanaan membutuhkan tahapan yang jelas dan sistematis, artinya dalam perencanaan terdapat hal-hal yang harus ditempuh. Tahapan tersebut penting karena fungsi perencanaan dalam manajemen sangat penting.
Laboratorium mempunyai alat dan bahan yang fungsinya berbeda. Alat atau peralatan menurut Christian M Mamesah dan Jauhari (1995) adalah semua perkakas yang digunakan dalam pemasangan instalasi perakitan, dan perbaikan. Alat adalah semua yang diperlukan untuk memproses bahan menjadi suatu benda. Sri Jatmiko dan Aam Dayusman (1995) menyatakan bahwa alat adalah semua yang digunakan untuk memproses/ memeriksa/ mengamati/ menguji/ dari suatu objek sehingga mendapatkan hasil yang diinginkan, baik yang berupa produk barang jadi, bacaan angka, indikator, atau suatu kesimpulan tertentu.
Alat yang berada di laboratorium dapat berupa software maupun hardware, hanya saja kebanyakan alat yang tersedia di laboratorium SMK sebagian besar berupa hardware. Dalam konteks laboratorium SMK, alat-alat dapat dikelompokkan dalam beberapa kelas sesuai dengan fungsinya, yaitu alat pokok/ alat utama, peralatan tangan bukan mesin, alat bantu, alat ukur, alat berat, dan alat tulis menulis. Dapat dinyatakan bahwa alat merupakan sarana yang berfungsi untuk melaksanakan praktik di laboratorium SMK.
M. Fakri (1987) mendefinisikan perencanaan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam perencanaan terdapat tahapan-tahapan penting yang harus dilalui.
Tahapan-tahapan yang dilalui dalam perencanaan manajemen pada laboratorium tata busana merupakan wujud penempatan perencanaan sebagai faktor utama dalam manajemen, yaitu sebagai sumber keputusan, yaitu keputusan untuk melaksanakan kegiatan.
4. Evaluasi dalam perencanaan laboratorium
Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan kegiatan yang dilaksanakan. Keberhasilan kegiatan di laboratorium tata busana diwujudkan oleh banyaknya kreasi hasil pekerjaan siswa. Dalam arti lain, semakin banyak produk siswa yang berkualitas, maka laboratorium tata busana semakin baik. Evaluasi dalam perencanaan lebih diarahkan pada upaya bagaimana program yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan baik. Penyesuaian jadwal, perbaikan alat, dan pengadaan bahan praktik merupakan aktivitas yang bertujuan memastikan kegiatan pembelajaran berlangsung baik.
Evaluasi dalam perencanaan laboratorium lebih diarahkan pada upaya bagaimana program yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan baik. Evaluasi yang dilakukan terhadap semua kegiatan tidak dilaksanakan secara terjadwal, tapi biasanya dilaksanakan pada saat rapat guru atau saat-saat informal. Biasanya setelah program dilaksanakan maka akan dapat diketahui kekurangan dan kelemahannya. Jika ada kegiatan yang dinilai kurang dalam hal tertentu, maka akan banyak masukan sebagai koreksi, sehingga diharapkan pelaksanaan kegiatan pada periode berikutnya lebih baik.
Rapat guru dilaksanakan tiap bulan. Pada kesempatan inilah guru-guru memberikan penilaian seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan, khususnya di laboratorium tata busana. Rapat tersebut menjadi semacam sharing ide dari peserta rapat, bagaimana kegiatan yang telah dilaksanakan dapat diperbaiki pada pelaksanaan berikutnya. Kritik dari guru-guru ditanggapi dengan baik. Prinsipnya, kritik dari guru-guru tujuannya positif.
Ada kalanya guru-guru mengusulkan kegiatan yang sebelumnya tidak disusun dalam program kerja. Hal tersebut biasa karena dalam penyusunan program kerja mungkin ada yang masih tertinggal. Terhadap usulan tersebut, jika kemungkinan dapat dilaksanakan, maka usulan akan dilaksanakan.
Fungsi kepala sekolah dalam evaluasi perencanaan manajemen laboratorium lebih bersifat normatif, yaitu hanya bersifat pembinaan dan pengawasan. Secara mendalam pengawasan dilaksanakan oleh ketua program yang selalu proaktif dalam memberikan pengawasan kegiatan di laboratorium tata busana.
Evaluasi terhadap perencanaan manajemen laboratorium tata busana berlangsung dengan semangat dan prinsip serius, terbuka, kekeluargaan dan, dan saling menghargai. Serius tidak harus ditunjukkan dengan sikap kaku, keras, atau tidak bisa sambil guyon, tapi juga bisa ditunjukkan dengan situasi yang lebih santai, luwes, dan dengan guyonan. Guru-guru tetap serius dalam memberikan kritik dan masukan kepada ketua laboratorium.
Terbuka, artinya menyampaikan sesuatu apa adanya, tidak ditutup-tutupi. Guru-guru yang memberikan masukan kepada ketua program dan ketua laboratorium biasanya menyampaikan apa adanya, meskipun kadang terasa keras. Kekeluargaan, adalah rasa saling menyayangi antar sesama. Semua guru menganggap bahwa semua seperti satu keluarga yang mempunyai tanggungjawab dan tugas sama, yaitu memajukan sekolah dan memberi pelayanan terbaik kepada siswa.
Saling menghargai, artinya menghormati pendapat orang lain, menjaga perasaan, dan berempati terhadap penderitaan orang lain. Dalam memberikan kritik dan masukan, guru-guru harus menghargai prestasi yang telah dicapai meskipun sedikit. Evaluasi bukan bertujuan untuk menjatuhkan, tetapi meningkatkan apa yang sudah diraih.

Berdasarkan paparan tersebut dapat dinyatakan bahwa evaluasi yang dilaksanakan pada perencanaan manajemen di laboratorium tata busana merupakan upaya untuk mengontrol perencanaan itu sendiri agar betul-betul dapat digunakan sebagai bahan keputusan. Evaluasi juga harus dilaksanakan dengan semangat untuk suatu hal yang positif. Evaluasi terhadap perencanaan dalam manajemen di laboratorium tata busana menggunakan semangat dan prinsip serius, terbuka, kekeluargaan dan, dan saling menghargai. Hal tersebut membuktikan bahwa evaluasi telah dilaksanakan dengan baik.

SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Perencanaan pada laboratorium tata busana SMK Negeri 3 Magelang disusun selaras dengan visi, misi, dan nilai-nilai sekolah. Hal tersebut membuktikan bahwa secara keorganisasian, sekolah tersebut solid, perencanaan laboratorium tata busana searah dengan cita-cita sekolah. Implementasi nilai-nilai sekolah dalam perencanaan laboratorium tata busana merupakan upaya sungguh-sungguh menjunjung tinggi cita-cita sekolah.
Sasaran dalam perencanaan laboratorium tata busana dibedakan menjadi sasaran jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Sasaran perencanaan telah disertakan dalam program kerja yang terdiri dari penentuan personil, pendanaan, dan penentuan alokasi waktu.
Perencanaan laboratorium tata busana berlangsung melalui beberapa tahapan, yaitu perencanaan oleh masing-masing guru, pembentukan tim kecil penyusun draft program kerja, dan pembahasan pada forum rapat guru sampai disyahkan menjadi program kerja laboratorium tata busana.
Evaluasi dalam perencanaan laboratorium tata busana dilaksanakan pada saat rapat guru dan saat informal. Semangat dan prinsip yang digunakan adalah serius, terbuka, kekeluargaan, dan saling menghargai. Dengan demikian ada upaya meningkatkan kualitas perencanaan dengan memperhatikan aspirasi guru.
2. Saran
Nilai-nilai sekolah yang dijadikan dasar dalam perencanaan laboratorium tata busana harus dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam proses pembelajaran di laboratorium tata busana. Sasaran dan tujuan dalam perencanaan laboratorium tata busana perlu lebih dipertegas. Pertimbangan dalam penentuan personil juga harus diperketat demi peningkatan pengelolaan laboratorium
Evaluasi fungsinya sangat penting dalam setiap unsur manajemen, untuk itu pelaksanaan evaluasi harus dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan, sehingga hasilnya dapat dipergunakan untuk menyempurnakan perencanaan. Semangat dan prinsip yang ada perlu dipertahankan.

Daftar Pustaka
Arsyad Azhar. 2002. Pokok-Pokok Manajemen Panduan Praktis bagi Pimpinan dan Eksekutif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dikmenjur. 2004. Kurikulum SMK Edisi 2004. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional
Kusdyah Rahmawati, Ike. 2004. Manajemen: Konsep-konsep dasar dan Pengantar Teori. Malang: UMM Press
Mulyasa, E. 2005. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan implementasi. Bandung: Rosda
Naisbitt, J. 1995. Megatrend Asia: Delapan Megatrend Asia yang Mengubah Dunia, (Alih bahasa oleh Danan Triyatmoko dan Wandi S. Brata): Jakarta: Gramdeia
Tim. 2003. Standar Kompetensi Nasional Bidang Produksi Garmen. Jakarta. Depdiknas Dikdasmen Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Semarang: Diperbanyak oleh Aneka Ilmu

Widowati
Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi FT Universitas Negeri Semarang
Alamat: Jl. Karonsih Utara 238 Ngaliyan Semarang Telpon (024) 7600614 HP 08122911295 email: widowati.unnes@gmail.com

0 komentar:

Post a Comment

 
Free Host | new york lasik surgery | cpa website design