Posisi hidup paling aman adalah penonton dan komentator. Menjadi penonton memberi keleluasaan untuk memberikan dukungan kepada tim kesayangan, sekaligus tidak terikat dengan aturan permainan yang njlimet, kecuali harus tertib. Namun tunggu dulu, menjadi penonton ternyata tidak gampang. Kalau kta salah berekspresi di dalam suatu arena pertandingan, bisa-bisa kita merah padam karena malu. Contohnya, karena kita adalah suporter sepak bola yang bisa berteriak sepanjang pertandingan, maka ketika kebiasaan itu kita pertahankan ketika menonton tenis lapangan, maka kita akan mendapat malu yang besar.
Paling enak menjadi komentator, tapi repotnya, kalau komentar kita tidak pas dan terpeleset menyingung orang lain, maka siap-siap saja kita dihukum.
Dari semua posisi, suporter fanatik menjadi perhatian kita bersama. Fanatisme pendukung diperlukan karena suporter adalah pemain kesekian, jika sepak bola suporter merupakan pemain ke 12, begitu seterusnya. Fanatisme suporter juga perlu karena kemajuan olah raga akan terus berjalan dinamis jika ada suporter. Bayangkan saja, ada pertandingan sepakbola tapi tidak ada penontonnya. Pasti pertandingan akan terasa hambar dan membosankan, sebagus apapun pertandingan berlangsung.
Toh, suporter fanatik juga memberi catatan yang perlu diperhatikan, yaitu kadang-kadang fanatisme suporter menjadi biang kerusuhan di luar nalar. Lihatlah berbagai peristiwa yang melibatkan suporter, tawuran antar supoter, suporter dengan masyarakat, dan suporter dengan pihak keamanan. Untuk itu diperlukan penangan yang tepat dan humanis, dan tugas tersebut mestinya menjadi tangungjawab pengurus cababang olah raga dan kita semua. Suporter Fanatik itu perlu, tapi fanatik yang penuh dengan kedamaian dan cinta kasih.
Apr 9, 2012
Suporter Fanatik
6:20 PM
Muh. Sholeh
0 komentar:
Post a Comment