INILAH.COM, Jakarta – Tradisi
minum teh telah menjadi kebudayaan besar dalam sejarah manusia.
Tercatat dalam beberapa kebudayaan, minum teh menjadi tradisi yang
membutuhkan keterampilan tersendiri untuk menyajikannya.
Teh merupakan salah satu minuman populer
di antara berbagai jenis minuman lainnya. Karena kandungannya, dalam
kehidupan sehari-hari teh berperan sebagai social fuel yang dapat meningkatkan suasana hati (mood booster).
Di berbagai belahan dunia, teh merupakan
bagian dari sejarah, budaya, status sosial dan kepribadian bangsa.
Budaya minum teh didefinisikan mulai dari cara teh dibuat dan diminum,
cara orang berinteraksi dengan teh dan aspek estetika seputar minum teh
yang amat berbeda. Seperti apa ?
Rusia
Orang Rusia mengenal teh sejak abad
ke-17. Mereka minum teh sambil berdiri, mengikuti tradisi orang Barat.
Orang Rusia menggunakan ketel samovar, mirip ketel orang Mongol.
Samovar dulu dikenal untuk membuat minuman madu berempah. Air
dididihkan di ketel samovar dengan tungku dan arang.
Di musim panas, samovar ditempatkan di
meja di sebuah taman sehingga asap dari air mendidih bisa keluar dengan
leluasa. Sementara di musim dingin, samovar ditempatkan di dalam
ruangan. Leher ketel disambungkan dengan pipa menuju cerobong asap agar
asap dari air mendidih bisa langsung dilepas ke luar rumah.
Sambil menunggu air mendidih, zavarka
atau poci teh dipanaskan. Setelah itu, uap yang menempel di zavarka
dilap dengan serbet. Daun teh dimasukkan sampai hangat dan layu dalam
zavarka yang ditutup hingga aroma teh keluar. Lalu air mendidih
dituangkan pada zavarka hingga daun tenggelam.
Air teh dituangkan dalam gelas-gelas
perak. Untuk menikmati teh, dimasukkan satu sendok selai atau gula
putih ke dalam mulut, lalu teh yang biasanya telah ditetesi lemon
diminum. Biasanya teh disajikan dengan kue-kue manis.
Inggris
Teh dikenalkan di Inggris sekitar 1652.
Harganya sangat tinggi karena dianggap sebagai minuman bangsawan. Salah
satu bangsawan yang menggemari teh adalah Pangeran Charles II dan
istrinya, Catherine de Braganza. Dari bangsawan-bangsawan Inggris, teh
dikenal sampai ke beberapa negara.
Teh yang biasa disajikan saat sarapan
dan makan malam diperkenalkan seorang bangsawan Inggris sebagai minuman
pergaulan. Mereka menikmati teh sambil jalan-jalan di halaman rumah.
Gaya hidup para bangsawan ini ditiru oleh para keluarga Inggris.
Kebiasaan minum teh di Inggris masih
berlangsung hingga kini. Ada dua jenis upacara teh di Inggris. Teh cair
biasanya disajikan pada siang hari dalam pertemuan keluarga.
Dihidangkan dengan roti berselai, sandwich, atau makanan kecil lainnya.
Irak
Bagaimana pun sibuknya, orang Irak
selalu menyempatkan diri untuk berkumpul pada sore hari sambil
menikmati teh. Tiap orang duduk melingkar di ruang tamu sambil menanti
sajian teh. Apresiasi orang Irak pada penyajian teh sangat tinggi.
Jadi, menyuguhkan teh celup sangat tidak dianjurkan karena bisa
dicemooh.
Setiap keluarga memiliki tradisi sendiri
dalam membuat teh, tetapi proses intinya sama. Air dididihkan dalam
ketel. Daun teh dimasukkan ke dalam poci dan dituangi air mendidih
hingga daunnya naik ke atas. Poci ditaruh di atas ketel agar tetap panas
hingga daun teh tenggelam.
China
Orang China sangat memerhatikan rasa dan
aroma teh. Mereka juga senang membanding-bandingkan satu jenis teh
dengan teh lainnya. Di China, penyajian minum teh tidak disertai dengan
hidangan makanan.
Dalam tradisi minum teh di China, ada
dua wadah yang digunakan. Sebuah gelas dan sebuah mangkuk. Gelas
berfungsi untuk menghirup aroma teh, sedangkan mangkuk berfungsi untuk
meminum air teh.
Orang China membuat teh secara
bersama-sama. Daun teh dimasukkan hingga menutupi lingkaran dasar poci.
Poci terbuat dari tanah liat merah yang berpori rapat sehingga ketika
dituangi air, lambat laun poci akan menjadi kering kembali.
Poci ditaruh di atas mangkuk yang lebih
besar, lalu dituangi air mendidih hingga luber. Air yang luber akan
tertampung di mangkuk besar itu. Kemudian poci ditutup sekitar dua
menit.
Air teh dituang ke dalam gelas lalu
dipindahkan ke mangkuk. Seusai memindahkan air teh, tamu menghirup
aroma teh dari gelas sebagai tanda penghormatan pada tuan rumah yang
telah menyajikan teh. Setelah itu, barulah teh bisa diminum. Proses ini
dilakukan berulang-ulang dengan jenis teh yang berbeda-beda.
Jepang
Teh dikenal di Jepang sekitar abad
ke-12. Teh yang dikenal di sana adalah teh matcha yang terbuat dari
bubuk teh hijau. Sementara upacara minum teh diperkenalkan Sen No Rikyu
pada abad ke-16. Upacara teh masih berlangsung hingga kini. Tradisi
upacara minum teh ini berlangsung sekitar empat jam.
Pertama-tama tamu datang dan diantar ke
ruang tunggu. Mereka akan disuguhi air panas dari ketel di sebuah
cangkir. Di ruang ini, tamu diharapkan memuji tuan rumah. Lalu,
bersama-sama mereka menuju taman.
Tamu berhenti untuk mencuci tangan dan
mulut di air pancuran di taman. Lalu, tamu melepaskan sepatu dan
beberapa barang bawaan sebelum masuk ke ruang penyuguhan teh. Di sini
tamu menikmati dekorasi dan rangkaian bunga sambil minum sake.
Tamu kemudian kembali ke taman sambil
menunggu tuan rumah menyiapkan teh kental. Setelah selesai, tuan rumah
akan membunyikan gong yang menandakan tamu segera kembali ke ruang
penyuguhan teh.
Di ruang penyuguhan, tamu dipersilakan
minum teh kental dengan beberapa makanan. Teh panas disajikan dengan
wiski. Para tamu hendaknya cermat mengagumi taman, perkakas, dekorasi,
arsitektur, keramik, dan bunga-bunga yang ada di ruangan.
India
Legenda dari India menghubungkan
penemuan teh dengan biarawan Bodhidharma. Sang biarawan sangat
kelelahan setelah mengakhiri pertapaannya selama 7 tahun. Dalam
keputusasaan dia mengunyah beberapa daun yang tumbuh didekatnya, dan
kemudian dengan serta-merta menyegarkannya kembali.
Tidak ada catatan sejarah mengenai minum
teh di India sebelum abad kesembilan belas. Masyarakat India justru
mengenal kebiasaan minum teh oleh orang Inggris, di mana saat itu India
masih berstatus koloni. Orang India lebih menggemari varian-varian teh
hitamnya yang sangat populer: Darjeeling, Assam dan Nilgiri. [mdr]
0 komentar:
Post a Comment