Kopi lelet merupakan minuman kopi yang banyak dijual di kota Lasem dan
sangat digemari oleh para penikmat minuman kopi. Dengan menggunakan cara
yang tepat dalam menyeduh kopi maka kopi ini sangat segar untuk
dinikmati sebagai teman pagi, sore maupun malam hari. Penat, stress,
suntuk, sumpek bisa langsung hilang. Nah sekarang apa perbedaan kopi
lelet dengan kopi yang biasa lainnya?? yang membuat berbeda kopi ini
sehingga membuatnya sangat spesial adalah cita rasa kopinya yang kuat
dan buliran kopinya yang sangat halus, lebih halus halus bila kita
bandingkan dengan kopi kemasan pabrik. Kopi lelet ini ditumbuk sendiri
oleh para pembuatnya dan dengan menggunakan ramuan yang pas sehingga
menjadikan kopi lelet ini sangat spesial dan berbeda dengan kopi yang
lainnya.
Bagi pecinta rokok, kopi lelet ini menjadi lebih spesial lagi karena
akan mendapatkan kenikmatan lebih ketika menikmati kopi lelet ini.
Selain menikmati cita rasa kopinya yang MANTAB, para pecinta rokok juga
bisa menikmati ampas kopi lelet (lethek) ini yang biasanya pada
kopi-kopi biasa kita buang.
Bagaimana cara mendapatkan kenikmatan dari ampas kopi lelet tersebut?
Caranya adalah para pecinta rokok setelah menikmati minuman kopi lelet
ini kemudian ampas (lethek)nya ditorehkan atau dilapiskan atau
istilahnya "dileletke" pada batang rokok yang akan dihisapnya. Bagi yang
mempunyai rasa seni lebih, batang rokok dengan ampas ini bisa menjadi
media karya seni tersendiri, anggap saja batang rokok menjadi media
gambarnya sedangkan catnya diambilkan dari ampas kopi lelet tersebut.
Setelah di rasa cukup kering batang rokok yang dilukisi ampas tadi telah
siap untuk dinikmati.
Kopi pangkon seperti menjadi keniscayaan, sebagai varian baru tamba ngantuk,
agar para sopir pelintas jalur pantai utara Jawa tak tertidur waktu
berkendara. Juga, sebagai pengganti obat masuk angin cair, atau bahkan
minuman beralkohol yang biasa ditenggak, sebagai teman perjalanan.
Pahitnya kopi lelet memang masih kalah dibanding espresso, tapi efek ngantem-nya
lebih berasa. Bagi yang tak biasa ngopi, pastilah senut-senut kepala
dibuatnya, hanya sesaat usai menyeruputnya. Begitu pula bagi para ahli hisap alias perokok, yang suka mengoleskan ampas kopi di luar pembungkus tembakau.
Ya, orang Rembang menyebutnya sebagai kopi lelet.
Sebab ampas halusnya biasa dijadikan sebagai obat oles agar rokok kian
berat dan mantap dihisap. Saking gemarnya orang mengoles rokok dengan
ampas kopi, membuat semua pemilik warung kopi menyediakan tempat khusus
untuk meletakkan rokok olesan hingga kering.
Konon, kopi lelet yang menjadi ikon Rembang sudah tersebar di
sepanjang pantura timur hingga Gresik lalu masuk ke Sidoarjo dan
Surabaya. Orang-orang Surabaya yang dikenal sebagai pecandu kopi, pun
jadi kian mengenali kopi lelet atas jasa para sopir bus dan truk, yang
rajin singgah di Rembang lalu membawanya sebagai oleh-oleh.
Seperti hendak mengangkat kopi lelet sebagai ikon daerah, Kiai
Mustofa Bisri alias Gus Mus, bahkan menggubahnya menjadi syair lagu yang
kini seolah menjadi lagu wajib para pengamen di sana. Gus Mus juga
melukis dengan lelet campur nikotin tembakau, sehingga karya-karyanya
pernah singgah di galeri dan kolektor.
Kalau tak keliru, goyang Inul Daratista pun pernah diangkat ke atas
kanvas dengan sapuan lelet-nikotin. Bersama karya-karya lainnya, goyang
Inul itu bahkan disuguhkan ke hadapan sejumlah kiai, seolah-olah seperti
sentilan yang menawarkan wacana ‘baru’, ketika sebagian tokoh agama
ikut-ikutan mengharamkan penampilan Inul di depan publik. Kita kahu,
kiai yang sudah berhenti merokok itu memang eksentrik.
Menurut penuturan beberapa teman, ada pula sebuah warung yang rajin
menggelar lomba membatik pada rokok dengan bahan lelet. Acara digelar
tahunan, biasanya setiap hari raya Idul Fitri, dengan hadiah beragam, di
antaranya lemari es untuk pemenang pertama.
Uniknya lagi, kopi lelet seolah-olah produk asli Rembang, seperti halnya kopi Toraja yang merujuk asalnya. Kota di ujung timur Jawa Tengah itu, meski dikitari pegunungan, sejatinya tak memiliki kebun kopi. Entah darimana kopi-kopi itu didatangkan. Brand lelet sebagai kopi Rembang hanya terletak pada kehalusan bubuknya.
Menurut cerita yang berkembang, biji-biji kopi yang didatangkan dari luar daerah itu digiling hingga delapan kali untuk mencapai tingkat kehalusan tertentu. Di pasar-pasar tradisional, konon banyak penjual jasa penggilingan kopi jenis ini.
Dan sepanjang yang kuketahui, kehalusan kopi lelet sebanding dengan kopi cap Dua Rencong, kopi pabrikan asal Aceh yang pernah kukenali 25 tahun silam. (Kalau masih ada yang tahu dimana mendapatkan kopi Dua Rencong, kabari aku, ya?)
Dimana mendapatkan kopi-kopi itu? Jangan kuatir, warung-warung penjaja kopi terhampar di seluruh penjuru Rembang. Kalau mendapati krimer cair di meja, jangan keliru sangka. Itu bukan semata-mata untuk menghasilkan rasa berbeda, namun sejatinya berguna untuk membuat adonan lelet agar kuat melekat pada rokok. Sehingga, bila Anda membatik dengan adonan kopi lelet-krimer, hasil batikannya pun akan terlihat lebih halus dibanding yang lawaran alias residu semata.
0 komentar:
Post a Comment