Mar 22, 2012

Karakteristik dan Penanggulangan Bencana Tsunami

Pengertian

Tsunami berasal dari bahasa Japang, "tsu" berarti pelabuhan, “nami" berarti gelombang sehingga secara umum diartikan sebagai pasang laut yang besar di Palabuhan. Tsunami dapat diartikan sabagai gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan dari impulsif dari dasar laut. Gangguan impulsif tersebut bisa berupa gempabumi tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran.


 Penyebab
Ada beberarm periyebab rerjadinya tsunami
  1. Gempabumi yang diikuti dengan dislokasi/perpindahan masa tanah/batuan yang sangat besar di bawah air (laut/danau).
  2. Tanah longsor di bawah tubuh air/laut.
  3. Letusan gunungapi di bawah laut dan gunungapi pulau.

Mekanisme Perusakan
Tsunami mempunyai kecepatan yang berbanding lurus dengan kedalaman laut semakin besar kedalam laut maka kacepatan tsunami semakin besar. Selama penjalaran dari tengah laut (pusat terbentuknya Tsunami) menuju pantair kecepatan semakin berkurang karena gesekan dengan dasar laut yang semakin dangkal. Akibatnya tinggi gelombang dipantai menjadi semakin besar karena adanya penumpukan masa air akibat dari penurunan kecepatan. Ketika mencapai pantai, kecepatan Tsunami yang naik ke daratan (run-up) berkurang menjadi sekitar 25-100 Km/jam. Gelombang yang berkecapatan tinggi ini bisa menghancurkan kehidupan di daerah pantai dan kembalinya air ke laut setelah mencapai puncak gelombang (run-down) bisa menyeret segala sesuatu kelaut. Dataran rendahpun dapat menjadi tergenang membentuk lautan baru. Tsunami dapat merobohkan bangunan bangunan, jembatan, merusak jalan raya, memutuskan jariangan listrik, jaringan telepon dan infrastruktur lainnya. Saran air bersih,  lahan pertainan dan kesuburan tanah pun terganggu karena terkontaminasi air laut.

Kajian Bahaya
  1. Kejadian-kejadian tsunami di masa lalu (paleo-tsunami) perlu didata dan dijadikan data base untuk mengetahui karakteristik kejadian bencana tsunami di suatu tempat. Perulangan kejadian bencana ini sangat dimungkinkan pada suatu periode waktu yang bervariasi. Akan tetapi untuk Tsunami yang tergolong besar, periode perulanganya dapat mencapai ratusan bahkan mungkin ribuan tahun.
  2. Identifikasi sistem tektonik, struktur geologi dan morfologi daerah dasar laut khususnya disekitar zona tumbukan (subduction zone) \
  3. Pemetaan daerah risiko bencana Tsunami dapat dibuat berdasarkan sejarah kejadian tsunami serta pemodelan secara komputer pada daerah dataran pantai,

Gejala dan Peringatan dini
  1. Golombang air laut datang secara mendadak dan berulang dengan energi yang sangat kuat
  2. Kejadian mendadak dan pada umumnya di Indonesia didahului dengan gempabumi besar dan susut laut.
  3. Terdapat selang waktu antara waktu terjadinya gempa bumi sebagai sumber Tsunami dan waktu tiba Tsunami di pantai mengingat kecepatan gelombang gempa jauh lebih besar dibandingkan kecepatan Tsunami.
  4. Metode untuk pendugaan secara cepat dan akurat memerlukan teknologi tinggi.
  5. Di Indonesia pada umumnya Tsunami terjadi dalam waktu kurang dari 40 menit setelah terjadinya gempabumi besar di bawah laut.

Parameter
  1. Ketinggian tsunami yang naik ke daratan (run-up). Run-up tsunami tertinggi di Indonesia yang pernah tercatat adalah 36 meter yang terjadi pada saat letusan Gunung Krakatau 1883.
  2. Panjang sapuan tsunami ke daratan (m atau km).
  3. Luas daerah yang terkena sapuan gelombang (km2).

Komponen yang Terancam
  1. Struktur bangunan yang rigan atau perumahan yang terbuat dari kayu
  2. Bangunan bangunan sementara atau semi permanen.
  3. Bangunan-bangunan yang dimensi lebarnya sejajar dengan garis pantai.
  4. material bangunan tambahan yang menempel kurang kuat pada bangunan utama seperti papan seng, asbes, dan sebagainya.
  5. Bangunan dan fasilitas telekomunikasi, listrik dan air bersih.
  6. Kapal kapel penangkap ikan atau bangunan industri maritim lainnya, yang terletak disekitar pantai,
  7. Jembatan  dan jalan di daerah dataran pantai,
  8. Sawah, ladang, tambak. kolam budidaya perikanan.

Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana
  1. Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap bahaya Tsunami kepada masyarakat tentang bahaya Tsunami.
  2. Pembangunan Tsunami Early Warning System (TEWS).
  3. Pembangunan tembok penahan Tsunami pada garis pantai yang berisiko.
  4. Penanaman mangrove serta tanaman lainnya sepanjang garis pantai meredam gaya air tsunami.
  5. Pembangunan tempat-tempat evakuasi yang aman di sekitar daerah pemukiman. Tempat/bangunan ini harus cukup tinggi dan mudah diakses untuk menghindari ketinggian Tsunami.
  6. Peningkatan pengetahuan masyarakat lokal tentang pengenalan tanda-­tanda tsunami dan cara-cara penyelamatan diri terhadap bahaya tsunami.
  7. Pembangunan rumah yang tahan terhadap bahaya tsunami.
  8. Mengenali karakteristik dan tanda-tanda bahaya tsunami di lokasi sekitamya.
  9. Memahami cara penyelamatan jika terlihat tanda-tanda tsunami.
  10. Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi tsunami.
  11. memberikan laporan sesegera mungkin jika mengetahui tanda-tanda akan terjadinya tsunami kepada petugas yang berwenang: Kepala Desa, Polisi, stasiun radio, SATLAK PB dan institusi terkait.
  12. Melengkapi diri dengan a1at komunikasi.

0 komentar:

Post a Comment

 
Free Host | new york lasik surgery | cpa website design